Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Filsafat Perenialisme

A.     Pengertian Perenialisme   Berasal dari kata perennial diartikan sebagai continuing throughout the whole year atau lasting for e very long time, yakni abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir. Dengan demikian, esensi kepercayaan filsafat perenial ialah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realiata social budaya manusia, seperti realita sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim,datang dan pergi, berubah warna secara tetap sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada dan sama. Jika gejala dari musim ke musim itu dihubungkan satu dengan yang lainnya seolah-olah merupakan benang dengan corak warna yang khas, dan terus menerus sama (Djumransjah, 2006: 185-186). [1] Dalam pengertiannya yang lebih umum dapat dikatakan bahwa tradisi dipandang juga sebagai prinsip-prinsip yang abadi yang terus mengalir sepanjang sejarah manusia, karena ini adalah anugrah Tuhan pada semua manusia dan memang meru

Cerpen: Telur Gulung, The Way I Loved You

  “Treng....treng....treng.....” Dering alarm menyala menandakan   sudah pukul 5 pagi saatnya dia bangun dan memulai harinya. Tangannya yang mungil mencoba untuk meraih alarmnya di atas meja, ia langsung mematikan alarmnya dan bergegas ke kamar mandi untuk bersih-bersih lalu salat subuh di kamar. Setelah aktivitas paginya selesai ia pergi ke kampus dengan sepeda pinknya kemudian ia memarkirkan sepedanya di parkiran khusus sepeda lalu ia mengunci stang dan ban sepeda dengan kunci tipe U   kemudian ia kaitakan kunci tipe U   ke tiang parkiran. Selama ini dia telah kehilangan sepeda tiga kali padahal dia sudah menguncinya, makannya dia meningkatkan keamanan sepedanya dengan menggunakan kunci tipe U. Setelah selesai mengunci sepeda   ia langsung pergi   ke kelas karena sebentar lagi mata kuliahnya akan di mulai. Kelas dimulai dengan pengabsenan mahasiswa. “ Ayana Safira.” “ Hadir pak!” jawab Ayana dengan napasnya yang ngos-ngosan. “Ay, untung lu gak telat, lu tau sendiri