Langsung ke konten utama

Linguistik Kontrastif: Pengertian, Objek, Metode, Manfaat dan Tujuan

Pengertian Linguistik Kontrastif
     Kata contrasstive adalah kata keadaan yang diturunkan dari kata kerja to contrast. Dalam The American Collage Dictionary terdapat penjelasan sebagai berikut:
“contrast:  To set in opposition in order to show unlikeness; compare by observing differences”.
“menempatkan dalam oposisi atau pertentangan dengan tujuan memperlihatkan ketidaksamaan; memperbandingkan dengan jalan memperhatikan perbedaan-perbedaan.”
Dari penjelasan di atas dapatlah kita tarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan istilah linguistik kontrastif atau contrastive linguistics adalah ilmu bahasa yang meneliti perbedaan-perbedaan, ketidaksamaan-ketidaksamaan yang terdapat pada dua bahasa atau lebih. Linguistik kontrastif atau disebut juga dengan analisis kontrastif ( contrastive analysis ) termasuk mikrolinguistik. Linguistik kontrastif adalah salah satu model analisis bahasa dengan asumsi bahwa bahasa-bahasa dapat diperbandingkan secara sinkronis.
Secara sepintas lalu mungkin dapat kita samakan dengan comparative linguistics atau linguistik kompratif.[1] Persamaan antara keduanya ialah bahwa dua-dua mengadakan perbandingan antara dua bahasa atau lebih.
Perbedaannya terletak pada penekanan. Linguistik komparatif  ingin mengetahui persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan. Linguistik kontrastif  hanya meneliti perbedaan-perbedaan atau ketidaksamaan-ketidaksamaan yang menyolok yang terdapat pada dua bahasa atau lebih, sedangkan persamaaan-persamaannya tidak begitu dipentingkan atau diperhatikan, kesamaan-kesamaan yang terdapat dianggap sebagai hal yang biasa, hal yang umum saja. Analisis kontrastif bertujuan mengidentifikasi segi-segi perbedaan atau ketidaksamaan yang kontras (mencolok) antara dua bahasa atau lebih yang diperbandingkan.  Sementara dalam model linguistik komparatif yaitu mengidentifikasi baik segi-segi perbedaan maupun segi-segi persamaan dari bahasa yang diperbandingkan dengan tujuan merekonstruksikan bentuk bahasa induk (proto) (Langacker, 1972:329).
Linguistik kontrastif bersifat sinkronis, yaitu telaah bahasa didasarkan pada kesejamanan/kesewaktuan dengan menggunakan data yang nyata pada saat itu. Oleh karena itu, aspek kesejarahan dalam pendekatan sinkronis ini diabaikan. Semboyan dalam pendekatan sinkronis ini adalah describe the facts, all the facts, and nothing but the facts. Kelemahan dari analisis sinkronis ini adalah tidak terungkapnya latar belakang penggunaan bahasa yang dianalisis. Sementara linguistik komparatif bersifat diakronis, yaitu telaah bahasa didasarkan pada kesejarahan/ketidaksejamanan. Oleh karena itu, analisis ini menelusuri bahasa dari zaman ke zaman, dari masa ke masa, dan dari waktu ke waktu. Kelemahan dari model linguistik komparatif ini adalah data yang dianalisis sering berupa data yang tidak ada dalam pemakaian nyata di masyarakat. [2]
B.     Objek Linguistik Kontrastif
      Objek kajian pada metode kontrastif adalah perbandingan antara dua bahasa atau dua dialek atau antara sebuah bahasa dengan sebuah dialek. Hasil yang dicapai dari metode ini dalam pengkajian bahasa adalah perbedaan-perbedaan, maksudnya adalah metode kotrastif ( al-manhaj al-taqabully) dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang ada dalam dua bahasa atau dua dialek ataupun bahasa dan dialek.
C.     Manfaat Linguistik Kontrastif
       Usaha analisis kontrastif antara dua bahasa atau lebih dimaksudkan untuk memberikan penjelasan yang obyektif segi-segi perbedaan secara berkaidah antara dua bahasa atau lebih yang diperbandingkan. Melalui pendekatan kontrastif ini akan diperoleh kekhasan bahasa masing-masing. Melalui studi kontrastif juga akan dapat mengungkapkan bahwa perbedaan budaya (antara budaya bahasa pertama dan bahasa kedua) berimplikasi pada perbedaan-perbedaan perwujudan bahasa. Seperti dalam budaya bangsa Indonesia yang agraris dikenal secara rinci kosa kata yang berkaitan dengan makanan pokok, yaitu padi, gabah, beras , dan nasi , sedangkan dalam bahasa Arab semua itu hanya dikenal dengan satu kata, yaitu ruzz . Sebaliknya, dalam budaya bangsa Arab yang tandus dan bergurun dikenal secara rinci kosa kata yang berkaitan dengan binatang tunggangan andalan mereka, yaitu jamal, `ibil, ba’īr, dh ā mir, nāqah,’isyār, dan misyār yang dalam bahasa Indonesia hanya dikenal dengan satu kata unta .  
      Dalam hal jender misalnya, budaya bangsa Arab menerapkan secara ketat dikotomi maskulin versus feminin yang berimplikasi pada perwujudan bahasanya, sehingga hampir semua kelas kata dalam bA termasuk verba dibedakan antara maskulin dan feminin, seperti kataba ‘dia laki-laki menulis’ >< katabat ‘dia perempuan menulis’, `anta ‘kamu laki-laki’ >< `anti ‘kamu perempuan’, dan sebagainya. Sebaliknya, dalam budaya bangsa Indonesia tidak menerapkan dikotomi jender secara ketat sehingga dalam bahasanyapun tidak dijumpai perbedaan jender secara ketat pula, seperti presiden >< presiden (wanita), wartawan ><  wartawa (ti), pemuda >< pemud (i), soleh >< soleh (ah), dan sebagainya, yang semua itu terjadi pada kelas kata nomina. Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari linguistik kontrastif. Pertama, melalui linguistik kontrastif dapat mengungkap segi-segi perbedaan yang kontras antara bahasa pertama dan bahasa kedua secara berkaidah sebagai kekhasan bahasa masingmasing. Kedua, melalui pendekatan kontrastif akan dapat mengungkapkan bahwa perbedaan budaya (antara budaya bahasa pertama dan bahasa kedua) berimplikasi pada perbedaan-perbedaan perwujudan bahasa. Ketiga, hasil-hasil analisis kontrastif bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pengajaran bahasa (asing), penyususnan buku ajar, dan mengurangi kesulitan atau kesalahan berbahasa kedua. Keempat, hasil-hasil analisis kontrastif memberikan sumbangan pada bidang penerjemahan, baik penerjemahan dari bahasa pertama ke bahasa kedua atau sebaliknya. 
D.    Metode Linguistik Kontrastif
      Metode adalah cara kerja yang bersistem/teratur untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode kontrastif ( al-manhaj al-taqabully) perbandingan yang dilakukan adalah antara dua bahasa atau dua dialek yang tidak berada dalam satu rumpun bahasa yang sama. Metode ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dalam perbandingan bahasa. Berbeda dengan perbandingan komparatif (al-manhaj al-muqaran) yaitu perbandingan yang dilakukan antara dua bahasa yang berada dalam satu rumpun bahasa dan hasil yang diperoleh dapat berupa persamaan-persamaan maupun perbedaan.
      Salah satu contoh dari pengkajian bahasa menggunakan metode kontrastif misalnya perbandingan antara bahasa Ibu sebagai bahasa pertama dengan bahasa asing sebagai bahasa kedua. Bahasa ibu adalah bahasa yang dikenal oleh manusia sejak ia lahir. Bahasa di lingkungan mana orang tersebut berada. Bahasa asing atau bahasa yang kedua yang kemudian manusia usahakan untuk mengetahuinya sesuai dengan kebutuhan. Dengan menggunakan metode kontrastif , dapat diketahui perbedaan yang ada pada kedua bahasa tersebut.
      Pengkajian bahasa dengan menggunakan metode kontrastif juga meliputi bidang kajian ilmu bahasa yaitu fonetik, morfologi, sintaksis dan semantik, seperti halnya metode-metode pengkajian lainnya.
     Sistem adalah hubungan antara anggota-anggota suatu kelas paradigmatis menyangkut kategori jumlah (tunggal, dual, plural), jender (maskulin-feminin), kasus (nominatif, subjungtif, genitif), atau definit-indefinit (Kridalaksana, 1984:180). Namun demikian, untuk pengembangan ilmu bahasa itu sendiri sistem apapun yang dipilih dapat dilakukan. Menurut James (1998:27) ada dua prosedur yang ditempuh untuk mengkontraskan komponen dari dua bahasa yang diperbandingkan, yaitu (1) deskripsi dan (2) komparasi. Tahap pertama, deskripsi, adalah menghadirkan level tertentu dari bahasa sumber dan bahasa tujuan melalui kaidah transfer atau terjemahan. Terjemahan merupakan basis dalam studi kontrastif menurut Di Pietro (1971:48). Prosedurnya adalah menghadirkan kalimat-kalimat bahasa sumber yang mempunyai pesan yang sama yang diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang berbeda dalam bahasa lain. Tahap kedua, komparasi, yaitu menjajarkan bahasa sumber dengan bahasa tujuan untuk diperbandingkan. Penekanan dalam perbandingan ini adalah untuk mengidentifikasi segi-segi perbedaan yang kontras antara sistem gramatika bahasa pertama dan bahasa kedua. Sementara Di Pietro (1971) menawarkan metode analisis kontrastif dengan empat langkah, yang intinya kurang lebih sama, yaitu: (1) mengumpulkan obyek data yang dimaksud, (2) menghadirkan bandingannya dalam satuan lingual yang sama dalam bahasa lain melalui transfer, (3) mengidentifikasi varian-varian kontras yang ada, dan (4) merumuskan kontras-kontras dalam kaidah.
      Empat langkah analisis kontrastif yang disarankan oleh Di Pietro (1971) di atas dicoba diaplikasikan dalam data bahasa Inggris mengenai sistem penanda indefinit ( indefinite marker system ) dan bagaimana bandingannya dalam sistem yang sama dalam bahasa Portugis. Analisis kontrastif ini berada dalam ranah sintaksis.
      Contoh berikut ini adalah bagaimana sistem konjugasi dan infleksi verba dalam bahasa Arab dan bagaimana bandingannya dalam bahasa Indonesia. Analisis kontrastif berikut ini menghadirkan kajian dalam ranah morfologi. Perhatikan analisis kontrastif sistem konjugasi verba ( verb conjugation system ) dalam bahasa Arab dan bandingannya dalam bahasa Indonesia berikut ini secara sederhana:
Bagan 1:
Persona
Bahasa Arab

Persona
Bahasa Indonesia
Lampau
Non Lampau
Lampau
Non Lampau
3tm
Darasa
Yadrusu
3tm
(dia seorang) belajar
(dia seorang) belajar
3dm
Darasā
Yadrusāni
2dm
(dia berdua) belajar
(dia berdua) belajar
3pm
Darasū
Yadrusūna
3pm
(mereka) belajar
(mereka) belajar
3tf
Darasat
Tadrusu
3tf
(dia seorang  perempuan) belajar
(dia seorang  perempuan) belajar
3df
Darasatā
Tadrusāni
3df
(dia perempuan berdua) belajar
(dia perempuan berdua) belajar
3pf
Darasna
Yadrusna
3pf
(mereka perempuan) belajar
(mereka perempuan) belajar
2tm
Darasta
Tadrusu
2tm
(kamu seorang) belajar
(kamu seorang) belajar
2dm
Darastumā
Tadrusāni
2dm
(kamu berdua) belajar
(kamu berdua) belajar
2pm
Darastum
Tadrusūna

2pm

(kamu sekalian) belajar

(kamu sekalian) belajar

2tf
Darasti

Tadrusīna

2tf

(kamu seorang perempuan) belajar

(kamu seorang perempuan) belajar

2df
Darastumā
Tadrusāni
2df
(kamu perempuan berdua) belajar
(kamu perempuan berdua) belajar
2pf
darastunna
Tadrusna
2pf
(kamu sekalian perempuan) belajar

(kamu sekalian perempuan) belajar

1t (m/f)
Darastu
ˋadrusu
1t (m/f)
(saya) belajar
(saya) belajar
1p
Darasnā
Nadrusu
1p (m/f)
(kami/kita) belajar
(kami/kita) belajar








Keterangan:
 3tm   = orang ketiga tunggal maskulin           3tf   = orang ketiga tunggal feminin 
  2tm = orang kedua tunggal maskulin            3dm  = orang ketiga dual maskulin      
  3df  = orang ketiga dual feminin                  2dm = orang kedua dual maskulin
  3pm  = orang ketiga plural maskulin              3pf = orang ketiga plural feminin      
 2pm = orang kedua plural maskulin 

      Bagan di atas menunjukkan bahwa verba dalam bahasa Arab berkonjugasi berdasarkan kala dari kala lampau menjadi kala nonlampau (kini dan mendatang) yang dalam gramatika bahasa Arab disebut dengan t a s h r i>f i s t h il a>h i seperti darasa (lampau) berubah menjadi yadrusu(nonlampau). Artinya verba darasa 'dia seorang laki-laki belajar' memiliki makna kekalaan lampau dan keaspekan perfektif sekaligus dan verba yadrusu 'dia seorang laki-laki (sedang/akan) belajar' juga memiliki makna kekalaan kini/mendatang dan keaspekan imperfektif sekaligus. Verba lampau darasa ‘dia laki-laki seorang belajar’ terdiri dari stem lampau/perfek daras - ‘belajar’ dan morfem sufiks – a ‘dia laki-laki seorang’ sebagai penanda persona ketiga, jumlah tunggal, dan berjender maskulin. Verba nonlampau yadrusu ‘dia laki-laki seorang (sedang/akan) belajar’ terdiri dari stem nonlampau/imperfek - drus - ‘(sedang/akan) belajar’,  prefiks ya - ‘dia laki-laki’ penanda persona, jumlah tunggal ditandai oleh morfem zero (ø), dan sufiks – u  sebagai pemarkah modus indikatif (artinya peristiwa bersifat informatif). Selain itu, verba bentuk lampau dan nonlampau tersebut dalam bahasa Arab juga berkonjugasi berdasarkan persona, jumlah, dan jendernya secara menurun yang masing-masing menjadi empat belas bentuk yang dalam gramatika bahasa Arab disebut dengan tashri>f lughawi> . Baik konjugasi berdasarkan kala, maupun konjugasi berdasarkan persona, jumlah, dan jender tersebut ditandai oleh infleksi-infleksi, yaitu perubahan atau modifikasi kata yang menunjukkan adanya perubahan makna (House, et al., 1950:14-15). Yaitu infleksi yang menyatakan kala/aspek dan infleksi yang menyatakan persona, jumlah, atau jender semuanya menyatu dalam sebuah kata verba.     
      Berbeda dengan bahasa Indonesia yang verbanya tidak mengenal konjugasi, baik konjugasi berdasarkan kala maupun konjugasi berdasarkan persona, jumlah, atau jender. Verba dalam bahasa Indonesia tetap tidak berubah. Untuk menyatakan kala digunakan unsur leksikal berupa keterangan waktu seperti kemarin, sekarang , dan besok ; untuk menyatakan keaspekan digunakan keterangan aspek seperti telah, sudah, sedang, dan sebagainya. Selain itu, untuk menyatakan persona digunakan pronomina dia, kamu, saya , dan kami/kita , untuk menyatakan jumlah digunakan prefiks se - (tunggal), berdua (dual), dan sekalian (plural) atau seekor (tunggal) dua ekor (dual), dan pengulangan unsur (untuk binatang), dan untuk menyatakan jender digunakan laki - laki dan perempuan atau pria dan wanita (untuk insani) serta jantan dan betina (untuk noninsani). Berdasarkan paparan data tersebut di atas, rumusan dan kaidah yang dapat diambil sebagai langkah keempat adalah sebagai berikut:
Bagan 2:
 Rumusan Analisis Kontrastif Sistem Konjugasi Verba dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Rumusan Sistem Konjugasi Verba dalam Bahasa Arab  1. Bahasa Arab adalah bahasa yang verbanya  mengenal konsep semantis kala, aspek, modus, diatesis, persona, jumlah, dan jender. Konsep-konsep semantis tersebut  dinyatakan secara gramatikal melalui konjugasi verbanya. 2. Konjugasi mendatar berimplikasi pada perubahan kala dan aspek seperti perubahan verba dari bentuk lampau menjadi nonlampau, sedangkan konjugasi menurun berimplikasi pada perubahan persona, jumlah, dan jender. 3. Baik konjugasi mendatar maupun konjugasi menurun ditandai oleh infleksiinfleksi yang menjadikan verba bahasa Arab banyak memiliki pemarkah gramatika seperti pemarkah kala/aspek ( tense marker ), pemarkah persona, jumlah, dan jender yang disebut dengan pemarkah subjek ( s u b j e c t m arker ), dan pemarkah modus ( m o o d m a r k e r ), yang semuanya menyatu dalam sebuah kata dengan verba sebagai pusatnya.  4. Adanya sistem konjugasi yang ditandai oleh morfem infleksi menunjukkan bahasa Arab bertipe fleksi, yaitu bahasa yang kata-katanya terbentuk dari sejumlah morfem yang masingmasing morfem mendukung konsep gramatikal yang berbeda serta batas antarmorfem dalam sebuah kata tidak jelas kelihatan karena berfusi satu sama lain. 
Rumusan Sistem Verba dalam Bahasa Indonesia 1.
 Dalam bahasa Indonesia untuk mengungkapkan konsep-konsep semantis kala, aspek, persona, jumlah, dan jender dinyatakan secara leksikal mendampingi verba membentuk frasa verbal, sedangkan verbanya tidak berubah.  2.
 Untuk menyatakan konsep kala digunakan
 adverbia temporal seperti kemarin , sekarang , dan besok , untuk menyatakan konsep keaspekan digunakan keterangan aspek seperti t e l a h , s u d a h ,dan sedang . Untuk menyatakan konsep persona digunakan kata dia , kamu/engkau , saya , dan kami/kita . Untuk menyatakan konsep jumlah digunakan kata penanda jumlah se - (tunggal), berdua (dual), dan sekalian (plural). Sementara untuk menyatakan konsep jender digunakan kata laki - laki dan perempuan atau pria dan wanita
 (insani) atau jantan dan betina
 (noninsani). 3. Adanya sistem leksikal untuk mengungkapkan setiap konsep semantis menunjukkan bahasa Indonesia bertipe aglutinasi, yaitu bahasa yang setiap konsep/gagasan dinyatakan secara leksikal. Selain itu, kata-kata dalam bahasa bertipe aglutinasi terbentuk dari sebuah
morfem atau lebih yang dengan jelas memperlihatkan batas-batas morfem dan setiap morfem tidak mengalami perubahan bentuk sehingga dengan jelas dapat diidentifikasi secara langsung.  





E.     Simpulan
       Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa melalui analisis kontrastif dapat diketahui segi-segi perbedaan yang kontras dari dua bahasa yang diperbandingkan. Hal ini sangat berguna untuk memperbaiki pembelajaran bahasa kedua (asing) dengan memahami segi-segi perbedaannya. Selain itu juga, melalui analisis kontrastif sangat bermanfaat untuk kepentingan pengembangan ilmu bahasa itu sendiri serta bermanfaat untuk memahami budaya bangsa lain melalui perbedaan bahasa. Analisis kontrastif juga memberikan sumbangan pada bidang penerjemahan, yaitu lebih akurasi dalam mengungkapkan maksud yang ada di balik teks bahasa sumber, baik penerjemahan dari bahasa pertama ke bahasa kedua atau sebaliknya.






GL0SARIUM

·         Linguistik kontrastif atau contrastive linguistics adalah ilmu bahasa yang meneliti perbedaan-perbedaan, ketidaksamaan-ketidaksamaan yang terdapat pada dua bahasa atau lebih.
·         mikrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam arti sempit, artinya bahasa dalam kedudukannya sebagai fenomena alam yang berdiri sendiri. Bidang ini mengarahkan kajiannya pada suatu bahasa tertentu dan struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya.
·         Makrolinguistik adalah cabang linguistik tentang hubungan antara bahasa dan faktor di luar bahasa serta penerapan linguistik untuk tujuan praktis.
·         Sufiks adalah imbuhan yang terletak di akhir kata.
·         Prefiks  adalah sebuah afiks yang dibubuhkan pada awal sebuah kata dasar.
·         Konjugasi atau tasrif merupakan perubahan bentuk kata kerja yang berhubungan dengan jumlah, jenis kelamin, modus, dan waktu dalam bahasa tertentu.
·         Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina.
·         Infleksi  adalah perubahan bentuk kata (dalam bahasa fleksi) yang menunjukkan berbagai hubungan gramatikal (seperti deklinasi nomina, pronomina, adjektiva, dan konjugasi verba);
·         Pedagogis adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru.
·         Topologi adalah kajian dan klasifikasi bahasa  menurut ciri strukturalnya (fonologis, gramatikal, atau leksikal). Tujuannya adalah untuk menjelaskan keberagaman struktur bahasa-bahasa di dunia.











DAFTAR PUSTAKA


Separno. 2002. Dasar - dasar Linguistik Umum . Yogyakarta: Tiara Wacana
Richards, Jack, et al. 1989. Longman Dictionary of Applied Linguistics . London: Longman
Guntur, Henry.1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa
Nur kalim, Jabar.2009.Metode Pengkajian Ilmu Bahasa. Jakarta: Shautut Tarbiyah



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan antara Fiqh Al-Lugha dengan Ilmu Al-Lugha

  A.     Pengertian Fiqh al-Lughah dan Ilmu al-Lughah Secara etimologis (dari segi bahasa) kedua istilah itu sama. Dalam kamus Arab ditemukan bahwa kata الفقه     berarti العلم بالشيء و الفهم له   ( pemahaman dan pengetahuan tentang sesuatu) [1] . Singkatnya kata al-fiqh ( الفقه ) = al-’ilm ( العلم ) dan kata faquha ( فقه   ) = ‘alima ( علم ). Hanya saja pada penggunaannya kemudian, kata al-fiqh lebih didominasi oleh bidang hukum. Dengan demikian frase ilm lughah sama dengan frase fiqh lughah . [2] Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ibnu Mansur, beliau mengatakan bahwa istilah “ علم اللغة “ memiliki kesamaan dengan istilah فقه اللغة" “ yaitu dari kata فقه" “dan “ علم “ yang dapat diartikan mengetahui atau memahami [3] . Hal ini diperkuat firman Allah swt. dalam QS; Al-Taubah/9: 122   لِیَتَفَقهوا فِى الدِّیْنِ " أَيْ لِیَكُوْنُوْاعُلَمَاءً بهِ “ " Untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama” [4] Dengan demikian fiqh al-lughah

Terjemahan Bab Mabni dan Mu'rob kitab Jami'u Duruus

4. Kata من   (man) istifhamiyah atau mausuliyah atau mausufiyah atau syartiyah dengan dua tanda jar maka seperti contoh istifhamiyah: ( (مِمَنْ أَنْتَ تَشْكُرُ؟ dan mausuliyah seperti: ( (خذ العلم عمَنْ تثق به dan mausufiyah seperti: ( (عجبت ممَّنْ لك يؤذيك dan syartiyah seperti: ( (ممَّنْ تبتعد ابتعد . -Kata من   (man) istifhamiyah dengan fa’ jariyah seperti: ( (فِيْمَنْ ترغب ان يكون معك؟ dan لا pada kata an an-nasihah untuk mudhori’ seperti: ( (لئلا يعلم اهل الكتاب tidak ada perbedaan pada contoh sebelumnya. Lam ta’lil jariyah dan lam sebelumnya.Mazhab Jumhur dan Abu Hibban dan pengikutnya berpendapat wajib pada pasal. -Kata لا kata in syartiyah al-jariyah seperti: ( (اِلاَّ تفعلوه تكن فتنة اِلاَّ تنصروه الله - Kata لا pada kata kay seperti: ( (لكيلا يكون عليكحرجٌ dan mereka mengatakan pasal ini adalah wajib.Ada dua perkara yang boleh   yaitu al-waslu dan al-faslu di dalam Al-Quran. MABNI DAN MU’ROB DAN AF’AALNYA -Semua fi’il itu adalah mabni dan bukan mu’rob ke

Cinta yang Semu

 Kisah cintaku tak berjalan mulus, seringkali aku hanya merasakan cinta sepihak. Pernah ketika aku SMP  seorang lelaki mengirimiku surat cinta dengan kertas yang sangat harum. Belum pernah selama hidupku dikirimi surat cinta. Itu adalah hal pertama dan terkahir dalam hidupku. Rasanya aku sangat senang, dan kaget. Bagaimana bisa perempuan tak menarik sepertiku mendapatkan surat cinta dari lelaki rahasia. Ketika aku mengungkapkannya pada sahabatku, lelaki ini adalah siswa di kelas lain. Setelah itu, aku sering memerhatikannya. Selanjutnya benih-benih cinta di dalam hatiku muncul. Aku sempat ingin bertanya langsung padanya, apakah benar dia yang mengirimi aku surat itu. Namun, lambat laun itu semua adalah skenario menyakitkan yang aku alami. Singkatnya, surat itu tidak pernah ada. Bukan dia yang mengirimi aku surat. Tapi, sahabatku sendiri. Aku kecewa dengan sahabatku. Kenapa dia mempermainkan hatiku. Kenyataannya yang paling menyakitkan adalah lelaki itu mencintai sahabatku sendiri. Sete