Pengertian Linguistik Kontrastif
Kata contrasstive
adalah kata keadaan yang diturunkan dari kata kerja to contrast.
Dalam The American Collage Dictionary terdapat penjelasan sebagai
berikut:
“contrast: To set
in opposition in order to show unlikeness; compare by observing differences”.
“menempatkan dalam oposisi atau pertentangan dengan
tujuan memperlihatkan ketidaksamaan; memperbandingkan dengan jalan
memperhatikan perbedaan-perbedaan.”
Dari penjelasan di atas dapatlah kita tarik kesimpulan,
bahwa yang dimaksud dengan istilah linguistik kontrastif atau contrastive
linguistics adalah ilmu bahasa yang meneliti perbedaan-perbedaan,
ketidaksamaan-ketidaksamaan yang terdapat pada dua bahasa atau lebih. Linguistik
kontrastif atau disebut juga dengan analisis kontrastif ( contrastive analysis
) termasuk mikrolinguistik. Linguistik kontrastif adalah salah satu model
analisis bahasa dengan asumsi bahwa bahasa-bahasa dapat diperbandingkan secara
sinkronis.
Secara sepintas lalu mungkin dapat kita samakan dengan comparative
linguistics atau linguistik kompratif.[1] Persamaan
antara keduanya ialah bahwa dua-dua mengadakan perbandingan antara dua bahasa
atau lebih.
Perbedaannya terletak pada penekanan. Linguistik komparatif
ingin mengetahui persamaan dan
perbedaan antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan. Linguistik kontrastif hanya meneliti perbedaan-perbedaan atau
ketidaksamaan-ketidaksamaan yang menyolok yang terdapat pada dua bahasa atau
lebih, sedangkan persamaaan-persamaannya tidak begitu dipentingkan atau
diperhatikan, kesamaan-kesamaan yang terdapat dianggap sebagai hal yang biasa,
hal yang umum saja. Analisis kontrastif bertujuan mengidentifikasi segi-segi
perbedaan atau ketidaksamaan yang kontras (mencolok) antara dua bahasa atau
lebih yang diperbandingkan. Sementara
dalam model linguistik komparatif yaitu mengidentifikasi baik segi-segi
perbedaan maupun segi-segi persamaan dari bahasa yang diperbandingkan dengan
tujuan merekonstruksikan bentuk bahasa induk (proto) (Langacker, 1972:329).
Linguistik kontrastif bersifat sinkronis, yaitu telaah
bahasa didasarkan pada kesejamanan/kesewaktuan dengan menggunakan data yang
nyata pada saat itu. Oleh karena itu, aspek kesejarahan dalam pendekatan
sinkronis ini diabaikan. Semboyan dalam pendekatan sinkronis ini adalah
describe the facts, all the facts, and nothing but the facts. Kelemahan dari
analisis sinkronis ini adalah tidak terungkapnya latar belakang penggunaan
bahasa yang dianalisis. Sementara linguistik komparatif bersifat diakronis,
yaitu telaah bahasa didasarkan pada kesejarahan/ketidaksejamanan. Oleh karena
itu, analisis ini menelusuri bahasa dari zaman ke zaman, dari masa ke masa, dan
dari waktu ke waktu. Kelemahan dari model linguistik komparatif ini adalah data
yang dianalisis sering berupa data yang tidak ada dalam pemakaian nyata di
masyarakat. [2]
B. Objek Linguistik Kontrastif
Objek kajian pada metode
kontrastif adalah perbandingan antara dua bahasa atau dua dialek atau antara
sebuah bahasa dengan sebuah dialek. Hasil yang dicapai dari metode ini dalam
pengkajian bahasa adalah perbedaan-perbedaan, maksudnya adalah metode kotrastif
( al-manhaj al-taqabully) dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang ada dalam
dua bahasa atau dua dialek ataupun bahasa dan dialek.
C. Manfaat Linguistik Kontrastif
Usaha analisis kontrastif antara dua bahasa
atau lebih dimaksudkan untuk memberikan penjelasan yang obyektif segi-segi
perbedaan secara berkaidah antara dua bahasa atau lebih yang diperbandingkan.
Melalui pendekatan kontrastif ini akan diperoleh kekhasan bahasa masing-masing.
Melalui studi kontrastif juga akan dapat mengungkapkan bahwa perbedaan budaya
(antara budaya bahasa pertama dan bahasa kedua) berimplikasi pada
perbedaan-perbedaan perwujudan bahasa. Seperti dalam budaya bangsa Indonesia
yang agraris dikenal secara rinci kosa kata yang berkaitan dengan makanan
pokok, yaitu padi, gabah, beras , dan nasi , sedangkan dalam bahasa Arab semua
itu hanya dikenal dengan satu kata, yaitu ruzz . Sebaliknya, dalam budaya
bangsa Arab yang tandus dan bergurun dikenal secara rinci kosa kata yang
berkaitan dengan binatang tunggangan andalan mereka, yaitu jamal, `ibil, ba’īr,
dh ā mir, nāqah,’isyār, dan misyār yang dalam bahasa Indonesia hanya dikenal
dengan satu kata unta .
Dalam hal jender misalnya,
budaya bangsa Arab menerapkan secara ketat dikotomi maskulin versus feminin
yang berimplikasi pada perwujudan bahasanya, sehingga hampir semua kelas kata
dalam bA termasuk verba dibedakan antara maskulin dan feminin, seperti kataba
‘dia laki-laki menulis’ >< katabat ‘dia perempuan menulis’, `anta ‘kamu
laki-laki’ >< `anti ‘kamu perempuan’, dan sebagainya. Sebaliknya, dalam
budaya bangsa Indonesia tidak menerapkan dikotomi jender secara ketat sehingga
dalam bahasanyapun tidak dijumpai perbedaan jender secara ketat pula, seperti
presiden >< presiden (wanita), wartawan >< wartawa (ti), pemuda >< pemud (i),
soleh >< soleh (ah), dan sebagainya, yang semua itu terjadi pada kelas
kata nomina. Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari linguistik
kontrastif. Pertama, melalui linguistik kontrastif dapat mengungkap segi-segi
perbedaan yang kontras antara bahasa pertama dan bahasa kedua secara berkaidah
sebagai kekhasan bahasa masingmasing. Kedua, melalui pendekatan kontrastif akan
dapat mengungkapkan bahwa perbedaan budaya (antara budaya bahasa pertama dan
bahasa kedua) berimplikasi pada perbedaan-perbedaan perwujudan bahasa. Ketiga,
hasil-hasil analisis kontrastif bermanfaat sebagai bahan masukan bagi
pengajaran bahasa (asing), penyususnan buku ajar, dan mengurangi kesulitan atau
kesalahan berbahasa kedua. Keempat, hasil-hasil analisis kontrastif memberikan
sumbangan pada bidang penerjemahan, baik penerjemahan dari bahasa pertama ke
bahasa kedua atau sebaliknya.
D. Metode Linguistik Kontrastif
Metode adalah cara kerja yang
bersistem/teratur untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan. Metode kontrastif ( al-manhaj al-taqabully)
perbandingan yang dilakukan adalah antara dua bahasa atau dua dialek yang tidak
berada dalam satu rumpun bahasa yang sama. Metode ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan-perbedaan dalam perbandingan bahasa. Berbeda dengan
perbandingan komparatif (al-manhaj al-muqaran) yaitu perbandingan yang
dilakukan antara dua bahasa yang berada dalam satu rumpun bahasa dan hasil yang
diperoleh dapat berupa persamaan-persamaan maupun perbedaan.
Salah satu contoh dari
pengkajian bahasa menggunakan metode kontrastif misalnya perbandingan antara
bahasa Ibu sebagai bahasa pertama dengan bahasa asing sebagai bahasa kedua. Bahasa
ibu adalah bahasa yang dikenal oleh manusia sejak ia lahir. Bahasa di
lingkungan mana orang tersebut berada. Bahasa asing atau bahasa yang kedua yang
kemudian manusia usahakan untuk mengetahuinya sesuai dengan kebutuhan. Dengan
menggunakan metode kontrastif , dapat diketahui perbedaan yang ada pada kedua
bahasa tersebut.
Pengkajian bahasa dengan
menggunakan metode kontrastif juga meliputi bidang kajian ilmu bahasa yaitu
fonetik, morfologi, sintaksis dan semantik, seperti halnya metode-metode pengkajian
lainnya.
Sistem adalah hubungan antara
anggota-anggota suatu kelas paradigmatis menyangkut kategori jumlah (tunggal,
dual, plural), jender (maskulin-feminin), kasus (nominatif, subjungtif,
genitif), atau definit-indefinit (Kridalaksana, 1984:180). Namun demikian,
untuk pengembangan ilmu bahasa itu sendiri sistem apapun yang dipilih dapat
dilakukan. Menurut James (1998:27) ada dua prosedur yang ditempuh untuk
mengkontraskan komponen dari dua bahasa yang diperbandingkan, yaitu (1)
deskripsi dan (2) komparasi. Tahap pertama, deskripsi, adalah menghadirkan
level tertentu dari bahasa sumber dan bahasa tujuan melalui kaidah transfer
atau terjemahan. Terjemahan merupakan basis dalam studi kontrastif menurut Di
Pietro (1971:48). Prosedurnya adalah menghadirkan kalimat-kalimat bahasa sumber
yang mempunyai pesan yang sama yang diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang
berbeda dalam bahasa lain. Tahap kedua, komparasi, yaitu menjajarkan bahasa
sumber dengan bahasa tujuan untuk diperbandingkan. Penekanan dalam perbandingan
ini adalah untuk mengidentifikasi segi-segi perbedaan yang kontras antara
sistem gramatika bahasa pertama dan bahasa kedua. Sementara Di Pietro (1971)
menawarkan metode analisis kontrastif dengan empat langkah, yang intinya kurang
lebih sama, yaitu: (1) mengumpulkan obyek data yang dimaksud, (2) menghadirkan
bandingannya dalam satuan lingual yang sama dalam bahasa lain melalui transfer,
(3) mengidentifikasi varian-varian kontras yang ada, dan (4) merumuskan
kontras-kontras dalam kaidah.
Empat langkah analisis kontrastif yang
disarankan oleh Di Pietro (1971) di atas dicoba diaplikasikan dalam data bahasa
Inggris mengenai sistem penanda indefinit ( indefinite marker system ) dan
bagaimana bandingannya dalam sistem yang sama dalam bahasa Portugis. Analisis
kontrastif ini berada dalam ranah sintaksis.
Contoh berikut ini adalah
bagaimana sistem konjugasi dan infleksi verba dalam bahasa Arab dan bagaimana
bandingannya dalam bahasa Indonesia. Analisis kontrastif berikut ini
menghadirkan kajian dalam ranah morfologi. Perhatikan analisis kontrastif
sistem konjugasi verba ( verb conjugation system ) dalam bahasa Arab dan
bandingannya dalam bahasa Indonesia berikut ini secara sederhana:
Bagan 1:
Persona
|
Bahasa Arab
|
Persona
|
Bahasa Indonesia
|
|||
Lampau
|
Non Lampau
|
Lampau
|
Non Lampau
|
|||
3tm
|
Darasa
|
Yadrusu
|
3tm
|
(dia seorang)
belajar
|
(dia seorang)
belajar
|
|
3dm
|
Darasā
|
Yadrusāni
|
2dm
|
(dia berdua)
belajar
|
(dia berdua)
belajar
|
|
3pm
|
Darasū
|
Yadrusūna
|
3pm
|
(mereka)
belajar
|
(mereka)
belajar
|
|
3tf
|
Darasat
|
Tadrusu
|
3tf
|
(dia
seorang perempuan) belajar
|
(dia
seorang perempuan) belajar
|
|
3df
|
Darasatā
|
Tadrusāni
|
3df
|
(dia
perempuan berdua) belajar
|
(dia
perempuan berdua) belajar
|
|
3pf
|
Darasna
|
Yadrusna
|
3pf
|
(mereka
perempuan) belajar
|
(mereka
perempuan) belajar
|
|
2tm
|
Darasta
|
Tadrusu
|
2tm
|
(kamu
seorang) belajar
|
(kamu
seorang) belajar
|
|
2dm
|
Darastumā
|
Tadrusāni
|
2dm
|
(kamu berdua)
belajar
|
(kamu berdua)
belajar
|
|
2pm
|
Darastum
|
Tadrusūna
|
2pm
|
(kamu
sekalian) belajar
|
(kamu
sekalian) belajar
|
|
2tf
|
Darasti
|
Tadrusīna
|
2tf
|
(kamu seorang
perempuan) belajar
|
(kamu seorang
perempuan) belajar
|
|
2df
|
Darastumā
|
Tadrusāni
|
2df
|
(kamu
perempuan berdua) belajar
|
(kamu
perempuan berdua) belajar
|
|
2pf
|
darastunna
|
Tadrusna
|
2pf
|
(kamu
sekalian perempuan) belajar
|
(kamu
sekalian perempuan) belajar
|
|
1t (m/f)
|
Darastu
|
ˋadrusu
|
1t (m/f)
|
(saya)
belajar
|
(saya) belajar
|
|
1p
|
Darasnā
|
Nadrusu
|
1p (m/f)
|
(kami/kita)
belajar
|
(kami/kita)
belajar
|
|
Keterangan:
3tm
= orang ketiga tunggal maskulin 3tf = orang ketiga tunggal feminin
2tm = orang kedua tunggal maskulin 3dm
= orang ketiga dual maskulin
3df
= orang ketiga dual feminin 2dm
= orang kedua dual maskulin
3pm
= orang ketiga plural maskulin 3pf = orang ketiga plural feminin
2pm = orang kedua plural
maskulin
Bagan di atas menunjukkan bahwa
verba dalam bahasa Arab berkonjugasi berdasarkan kala dari kala lampau menjadi
kala nonlampau (kini dan mendatang) yang dalam gramatika bahasa Arab disebut
dengan t a s h r i>f i s t h il a>h i seperti darasa (lampau) berubah
menjadi yadrusu(nonlampau). Artinya verba darasa 'dia seorang laki-laki
belajar' memiliki makna kekalaan lampau dan keaspekan perfektif sekaligus dan
verba yadrusu 'dia seorang laki-laki (sedang/akan) belajar' juga memiliki makna
kekalaan kini/mendatang dan keaspekan imperfektif sekaligus. Verba lampau
darasa ‘dia laki-laki seorang belajar’ terdiri dari stem lampau/perfek daras -
‘belajar’ dan morfem sufiks – a ‘dia laki-laki seorang’ sebagai penanda persona
ketiga, jumlah tunggal, dan berjender maskulin. Verba nonlampau yadrusu ‘dia
laki-laki seorang (sedang/akan) belajar’ terdiri dari stem nonlampau/imperfek -
drus - ‘(sedang/akan) belajar’, prefiks
ya - ‘dia laki-laki’ penanda persona, jumlah tunggal ditandai oleh morfem zero
(ø), dan sufiks – u sebagai pemarkah
modus indikatif (artinya peristiwa bersifat informatif). Selain itu, verba
bentuk lampau dan nonlampau tersebut dalam bahasa Arab juga berkonjugasi
berdasarkan persona, jumlah, dan jendernya secara menurun yang masing-masing
menjadi empat belas bentuk yang dalam gramatika bahasa Arab disebut dengan tashri>f
lughawi> . Baik konjugasi berdasarkan kala, maupun konjugasi berdasarkan
persona, jumlah, dan jender tersebut ditandai oleh infleksi-infleksi, yaitu
perubahan atau modifikasi kata yang menunjukkan adanya perubahan makna (House,
et al., 1950:14-15). Yaitu infleksi yang menyatakan kala/aspek dan infleksi
yang menyatakan persona, jumlah, atau jender semuanya menyatu dalam sebuah kata
verba.
Berbeda dengan bahasa Indonesia
yang verbanya tidak mengenal konjugasi, baik konjugasi berdasarkan kala maupun
konjugasi berdasarkan persona, jumlah, atau jender. Verba dalam bahasa
Indonesia tetap tidak berubah. Untuk menyatakan kala digunakan unsur leksikal
berupa keterangan waktu seperti kemarin, sekarang , dan besok ; untuk
menyatakan keaspekan digunakan keterangan aspek seperti telah, sudah, sedang,
dan sebagainya. Selain itu, untuk menyatakan persona digunakan pronomina dia,
kamu, saya , dan kami/kita , untuk menyatakan jumlah digunakan prefiks se -
(tunggal), berdua (dual), dan sekalian (plural) atau seekor (tunggal) dua ekor
(dual), dan pengulangan unsur (untuk binatang), dan untuk menyatakan jender
digunakan laki - laki dan perempuan atau pria dan wanita (untuk insani) serta
jantan dan betina (untuk noninsani). Berdasarkan paparan data tersebut di atas,
rumusan dan kaidah yang dapat diambil sebagai langkah keempat adalah sebagai
berikut:
Bagan 2:
Rumusan
Analisis Kontrastif Sistem Konjugasi Verba dalam Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Rumusan
Sistem Konjugasi Verba dalam Bahasa Arab
1. Bahasa Arab adalah bahasa yang verbanya mengenal konsep semantis kala, aspek,
modus, diatesis, persona, jumlah, dan jender. Konsep-konsep semantis tersebut dinyatakan secara gramatikal melalui
konjugasi verbanya. 2. Konjugasi mendatar berimplikasi pada perubahan kala
dan aspek seperti perubahan verba dari bentuk lampau menjadi nonlampau,
sedangkan konjugasi menurun berimplikasi pada perubahan persona, jumlah, dan
jender. 3. Baik konjugasi mendatar maupun konjugasi menurun ditandai oleh infleksiinfleksi
yang menjadikan verba bahasa Arab banyak memiliki pemarkah gramatika seperti
pemarkah kala/aspek ( tense marker ), pemarkah persona, jumlah, dan jender
yang disebut dengan pemarkah subjek ( s u b j e c t m arker ), dan pemarkah
modus ( m o o d m a r k e r ), yang semuanya menyatu dalam sebuah kata dengan
verba sebagai pusatnya. 4. Adanya
sistem konjugasi yang ditandai oleh morfem infleksi menunjukkan bahasa Arab
bertipe fleksi, yaitu bahasa yang kata-katanya terbentuk dari sejumlah morfem
yang masingmasing morfem mendukung konsep gramatikal yang berbeda serta batas
antarmorfem dalam sebuah kata tidak jelas kelihatan karena berfusi satu sama
lain.
|
Rumusan
Sistem Verba dalam Bahasa Indonesia 1.
Dalam bahasa Indonesia untuk mengungkapkan
konsep-konsep semantis kala, aspek, persona, jumlah, dan jender dinyatakan
secara leksikal mendampingi verba membentuk frasa verbal, sedangkan verbanya
tidak berubah. 2.
Untuk menyatakan konsep kala digunakan
adverbia temporal seperti kemarin , sekarang
, dan besok , untuk menyatakan konsep keaspekan digunakan keterangan aspek
seperti t e l a h , s u d a h ,dan sedang . Untuk menyatakan konsep persona
digunakan kata dia , kamu/engkau , saya , dan kami/kita . Untuk menyatakan
konsep jumlah digunakan kata penanda jumlah se - (tunggal), berdua (dual),
dan sekalian (plural). Sementara untuk menyatakan konsep jender digunakan
kata laki - laki dan perempuan atau pria dan wanita
(insani) atau jantan dan betina
(noninsani). 3. Adanya sistem leksikal untuk
mengungkapkan setiap konsep semantis menunjukkan bahasa Indonesia bertipe
aglutinasi, yaitu bahasa yang setiap konsep/gagasan dinyatakan secara
leksikal. Selain itu, kata-kata dalam bahasa bertipe aglutinasi terbentuk
dari sebuah
morfem atau
lebih yang dengan jelas memperlihatkan batas-batas morfem dan setiap morfem
tidak mengalami perubahan bentuk sehingga dengan jelas dapat diidentifikasi
secara langsung.
|
E. Simpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah
bahwa melalui analisis kontrastif dapat diketahui segi-segi perbedaan yang
kontras dari dua bahasa yang diperbandingkan. Hal ini sangat berguna untuk
memperbaiki pembelajaran bahasa kedua (asing) dengan memahami segi-segi
perbedaannya. Selain itu juga, melalui analisis kontrastif sangat bermanfaat
untuk kepentingan pengembangan ilmu bahasa itu sendiri serta bermanfaat untuk
memahami budaya bangsa lain melalui perbedaan bahasa. Analisis kontrastif juga
memberikan sumbangan pada bidang penerjemahan, yaitu lebih akurasi dalam
mengungkapkan maksud yang ada di balik teks bahasa sumber, baik penerjemahan
dari bahasa pertama ke bahasa kedua atau sebaliknya.
GL0SARIUM
·
Linguistik kontrastif atau contrastive linguistics adalah
ilmu bahasa yang meneliti perbedaan-perbedaan, ketidaksamaan-ketidaksamaan yang
terdapat pada dua bahasa atau lebih.
·
mikrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam arti sempit,
artinya bahasa dalam kedudukannya sebagai fenomena alam yang berdiri sendiri.
Bidang ini mengarahkan kajiannya pada suatu bahasa tertentu dan struktur
internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya.
·
Makrolinguistik adalah cabang linguistik tentang hubungan antara bahasa dan faktor di luar
bahasa serta penerapan linguistik untuk tujuan praktis.
·
Sufiks adalah imbuhan
yang terletak di akhir kata.
·
Prefiks
adalah sebuah afiks yang
dibubuhkan pada awal sebuah kata dasar.
·
Konjugasi atau
tasrif merupakan perubahan bentuk kata kerja yang berhubungan dengan
jumlah, jenis kelamin, modus, dan waktu dalam bahasa tertentu.
·
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau
frasa nomina.
·
Infleksi
adalah perubahan bentuk kata (dalam bahasa
fleksi) yang menunjukkan berbagai hubungan gramatikal (seperti deklinasi
nomina, pronomina, adjektiva, dan konjugasi verba);
·
Pedagogis adalah
ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru.
·
Topologi adalah
kajian dan klasifikasi bahasa menurut ciri strukturalnya
(fonologis, gramatikal, atau leksikal). Tujuannya adalah untuk menjelaskan
keberagaman struktur bahasa-bahasa di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Separno. 2002. Dasar - dasar Linguistik Umum .
Yogyakarta: Tiara Wacana
Richards, Jack, et al. 1989. Longman Dictionary of
Applied Linguistics . London: Longman
Guntur, Henry.1992. Pengajaran Analisis Kontrastif
Bahasa. Bandung: Angkasa
Nur kalim, Jabar.2009.Metode Pengkajian
Ilmu Bahasa. Jakarta: Shautut Tarbiyah
Komentar
Posting Komentar