Buku karangan Nur Hasyim ini adalah buku pertama yang saya baca terkait feminisme dalam sudut pandang lelaki. Menurut saya buku ini sangat bagus untuk mengedukasi para pembaca khususnya bagi para lelaki bahwa budaya patriarki juga merugikan kaum laki-laki. Pembahasan yang jelas dan dijabarkan secara gamblang juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Cukup membuat saya enjoy ketika membaca buku ini. Saya jadi tahu bahwa patriarki juga sangat merugikan para lelaki. Patriarki menganggap bahwa lelaki ideal adalah lelaki yang tangguh, gagah, heteroseksual, berpenghasilan, berkeluarga, memiliki anak. Patriarki memaksa laki-laki untuk bertindak, berperilaku, dan berpenampilan tertentu, baik dia menginginkannya atau tidak sama sekali. Sebab itu, patriarki berperan dalam proses penyeragaman laki-laki dan tidak memberikan ruang bagi laki-laki yang memiliki kecenderungan berbeda dari citra idealnya.
Konsep 'laki-laki ideal' melahirkan hierarki dalam kelelakian/maskulinitas. R.W. Conell dan beberapa peminat studi laki-laki menyebut konsep ini sebagai maskulinitas hegemonik (hegemonic masculinity). Akibat adanya istilah ini, maka banyak kasus penindasan dalam hierarki kelelakian, terutama tentang laki-laki dengan posisi hierarki lebih tinggi (hegemonic masculinity) yang melakukan penindasan terhadap laki-laki yang berada di posisi lebih rendah (subordinate masculinity).
Wujud penindasan ini seperti kasus-kasus bullying di antaranya adalah laki-laki yang memiliki orientasi homoseksual yang dijadikan korban penindasan oleh laki-laki yang fobia terhadap homoseksual. Wacana laki-laki sebagai korban dari patriarki tidak saja dapat dilihat dari penindasan laki-laki terhadap laki-laki lain. Ia juga dapat dilihat dari konstruksi laki-laki dengan kecenderungan tertentu, seperti kecenderungan bersifat dominan terhadap perempuan atau menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan konflik dan perbedaan. Kontruksi tersebut menjadikan laki-laki ketagihan terhadap perilaku menindas.
Patriarki juga membuat laki-laki mengalami kecemasan tak berkesudahan pada hidupnya. Laki-laki selalu dihantui ketakutan terhadap hilangnya kekuasaan dan kontrol. Atribut sebagai pencari nafkah dan sebagai pelindung membuat laki-laki tertekan untuk senantiasa memenuhinya. Pada saat yang sama, laki-laki juga dibayangi ketakutan akan ketidakmampuan memenuhinya. Laki-laki juga dibayangi rasa ketakutan akan kehilangan kekuasaan dan kontrol terhadap perempuan. Ketika laki-laki kehilangan kontrol dan kekuasaan, mereka akan menanggung rasa malu, tersubordinasi, dan tidak dianggap sebagai laki-laki ideal atau laki-laki sejati. Banyak sekali kerugian yang harus dialami laki-laki dalam patriarki ini. Laki-laki juga manusia biasa mereka berhak untuk mengekspresikan rasa sedih mereka dengan menangis, mereka berhak untuk hidup damai di dunia ini tanpa adanya tekanan-tekanan yang tidak masuk akal dari masyarakat yang masih berpedoman pada budaya patriarki.
Maka dari itu, munculah organisasi pro perempuan di Indonesia misalnya CANTIK (Cowok Anti Kekerasan) yang nantinya akan menjadi kiblat oleh organisasi laki-laki lain, dan Gerakan Laki-Laki Baru. Gerakan laki-laki pro perempuan di Indonesia belum sekuat gerakan laki-laki di negara lain (Men Engage dan White Ribbon Campaign). Namun embrio gerakan ini telah nampak. Keberadaan deklarasi CANTIK, kampanye Laki-laki Anti Kekerasan di Yogyakarta, serta petisi Laki-laki Anti Diskriminasi dan Kekerasan adalah benih-benih gerakan laki-laki pro perempuan di Indonesia. Kemunculannya di Indonesia sepertinya tinggal menunggu momentum saja.
Komentar
Posting Komentar