Hamparan awan putih nan lembut memenuhi padang biru di
atas bumi, berjalan dengan lambat bagaikan siput yang mencari makan di antara
daun-daun yang jatuh. Sinar matahari pun tak mau kalah dengan keelokan
awan-awan putih yang memenuhi padang biru. Pantulan sinarnya seakan-akan
menembus hamparan awan putih bak seorang ksatria menghunus para musuh dengan
pedangnya yang tajam. Percikan suara air terjun yang menenangkan jiwa bagi
siapa saja yang mendengarkannya. Rimbunan pepohonan, dan semak belukar menambah
nilai estetika alam. Kicauan burung-burung pun meramaikan suasana hening di hutan.
Pemandangan ini dapat dinikmati dengan cuma-cuma oleh kita semua tanpa
terkecuali. Namun, sayang beribu sayang seiring berjalannya waktu keindahan
alam ini akan lenyap oleh teknologi modern.
Aku menetap di sebuah kampung kecil yang bernama Kampung
Kertanegara, walaupun hanya kampung kecil kampungku memiliki sumber daya alam
yang sangat berlimpah salah satunya adalah batu bara. Suasana kampungku masih
sangat asri dan warganya pun sejahtera. Namun, sekarang semua itu hanya tinggal
kenangan, keadaan kampungku berubah 360 derajat setelah kedatangan ‘para
penguasa ber-jas’. Ya, kami memanggil mereka dengan sebutan itu karena mereka berkamuflase
dengan baik dan apik.
Awal mula kedatangan mereka hanya sebatas kunjungan
biasa, namun dibalik itu semua terdapat rencana tersembunyi yang licik dan
jahat. Mereka ‘para penguasa ber-jas’ berkunjung ke kampungku untuk melakukan
sosialisasi kemasyarakatan. Kami merasa senang atas kedatangan mereka, maklum
kampung kami berada di pedalaman Hutan Kalimantan yang jauh dari perkotaan. Mereka
melayani kami dengan ramah dan sopan, kami sangat terkesan dengan sikap mereka.
Dan akhirnya warga kampung pun membalas kebaikan mereka. Setelah mereka mengambil hati kami
mereka melakukan sebuah strategi ulung untuk menguasai kampung. Langkah pertama
mereka adalah mendekati Pambakal (kepala
kampung) dalam Bahasa Kalimantan Selatan, yaitu dengan cara mengiming-iminginya
harta yang berlimpah yang akan ia terima. Setelah tugas mereka berhasil lalu Pambakal
akan mengumumkan kebijakan-kebijakan baru Kampung Kertanegara yang tidak sesuai
dengan adat istiadat kampung yang akan diumumkan di halaman rumah Pambakal.
“Ibu-ibu bapak-bapak harap berkumpul di halaman rumah
saya!” Teriak Pambakal.
Semua warga pun berkumpul di halaman rumah Pambakal dan
aku pun ikut berkumpul.
“Baiklah, berhubung kalian semua sudah berkumpul di sini,
saya akan mengumumkan kebijakan baru
kampung.” Seru Pambakal.
“Jadi, saya akan mengumumkan beberapa kebijakan baru
Kampung Kertanegara antara lain, mewajibkan seluruh warga Kampung Kertanegara
untuk menjual sebagian tambang batu bara kepada para pendatang yang telah
membantu kita.”
dengan pernyataan nyeleneh
Pambakal yang tidak sesuai dengan adat istiadat kampung yaitu warga kampung tidak
boleh menjual hartanya kepada orang asing. Semua warga tidak setuju dengan
kebijakan baru kampung, namun mereka tidak ada yang berani menyanggah
pernyataan Pambakal karena sebagai
warga harus patuh dan taat terhadap perintah Pambakal, karena itu sudah menjadi tradisi kampung. Pada akhirnya, Mereka
berhasil menguasai SDA kampungku.
David adalah dalang di balik rencana-rencana licik ‘para
penguasa ber-jas’ untuk menguasai batu bara kampungku. Ia dan teman-temannya
berhasil menguasai kampungku dan mereka merayakan pesta kemenangan di basecamp.
“Akhirnya kita dapat mengusai kampung ini walaupun tidak
seutuhnya,hahaha..dasar Pambakal bodoh,
ia mudah sekali kita rayu dengan uang yang nilainya tidak berharga dibanding batu bara.” Ucap David pada
teman-temannya.
“Haahahaha...mereka semua bodoh tuan,ini kesempatan emas untuk
kita agar dapat menguasai kampung ini seutuhnya.” Celetuk salah satu teman
David.
“Benar sekali! baiklah kita nikmati saja pesta kemenangan
kita.”
Delapan tahun lamanya kami dikuasai oleh mereka,mereka membangun
sebuah PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang diberi nama PLTU Sumber
Abadi.PLTU merupakan suatu tempat pembangkit listrik tenaga uap yang sumber
energinya menggunakan batu bara. Ya, aku sangat mengapresiasi mereka membangun
PLTU di kampungku, karena dengan itu kami dapat menggunakan perabotan rumah
tangga yang membutuhkan listrik untuk membatu kebutuhan hidup dengan mudah dan
tidak membutuhkan banyak tenaga. Namun, dibalik itu semua kami menanggung
banyak kerugian akibat PLTU antara lain,kondisi kampung kami yang semula
udaranya sejuk kini menjadi panas, tanah yang semula subur kini menjadi tandus,
pohon-pohon dan tumbuhan-tumbuhan telah mati oleh gas-gas polutan yang
dikeluarkan oleh PLTU, bahkan mayoritas warga kampung mengidap penyakit
pernapasan salah satunya adalah Antrakosis yaitu infeksi saluran pernapasan akibat
debu batubara, yang lebih parah lagi sebagian masyarakat mengidap kanker
paru-paru akibat debu yang dihasilkan dari pembakaran batu bara yang mengandung
partiker radioaktif dan seluruh masyarakat kehilangan mata pencaharian mereka
akibat rusaknya ekosistem alam oleh PLTU.
Aku dan warga kampung sudah tak tahu lagi bagaimana cara
mengusir mereka. Kami sudah menyerah oleh keadaan ini, Ibu Pertiwi sudah
merintikan air matanya aku yakin ia tak kuat lagi dengan siksaan mereka yang telah
mengeksploitasi SDA kampungku.
“Ayah, mengapa kita harus hidup dengan keadaan seperti
ini,aku sudah tak kuasai lagi Ayah warga kampung pun pasti merasakan derita
yang sama seperti kita.” Curhatku pada Ayah.
“Sudahlah nak, mungkin ini sudah menjadi suratan takdir, Tuhan
telah membuat skenario kehidupan pada makhluk-Nya yang kita lakukan hanya
berdoa kepada-Nya agar diberikan jalan keluar.” Nasihat Ayah dengan bijaksana.
Aku hanya mendengarkan nasihat ayahku dengan baik sambil
menafsirkan setiap kata demi kata dari nasehat itu. Aku melihat ayahku sudah bereda
di titik rendahnya ia sudah terlihat pesimis dengan keadaan saat ini. Dan aku
tidak mau melihat keluarga kecilku bersedih, aku harus mencari jalan keluar
untuk mengakhiri keadaan ini.
Akhirnya aku menemukan titik terang untuk mengusir mereka.
Aku dan beberapa perwakilan warga berdiskusi tentang pengusiran para bedebah
itu dan akhirnya kami mendapatkan hasilnya yaitu dengan cara demonstrasi besar-besaran.
Lalu aku akan menyampaikan dan menjelaskan strategi demonstrasi kepada warga. Dan
setelah para warga paham kami akan melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu
melaksanakan demonstrasi besar-besaran esok hari. Kami telah menyiapkan
aparatus-aparatus demo semalaman penuh tanpa istirahat dan satupun tak ada yang
mengeluh kelelahan karena kami semua sangat bersemangat untuk mengusir para
bedebah itu.
Tibalah saatnya,hari ini kami berkumpul di depan halaman
gedung PLTU Sumber Abadi sambil berteriak “Enyahlah kalian para bedebah!,kalian
harus pergi dari kampung kami!” ya kami semua kompak menyerukan kalimat itu sambil
merentangkan poster-poster.
“Bos, lihatlah keluar! para warga desa sedang mendemo
kita, bagaimana ini bos?”,ucap salah satu anak buah David.
David dengan rasa khawatir melihat keadaan saat ini dari
jendela,”Apa-apaan ini! berani-beraninya mereka demo di tempatku!,apa mereka
tidak tahu akibatnya” Ucap David.
“Hey kau! tolong panggilkan para intelejen dan keamanan
perusahaan!” Pinta David dengan rasa cemas kepada salah satu anak buahnya. Setelah
mereka semua berkumpul David memerintahkan mereka untuk menghadang massa agar
demonstrasi ini berakhir. Lalu mereka pergi ke halaman depan gedung PLTU untuk menghadang para demonstran.
Di sisi lain Aku dan para warga kampung dengan semangat bersorak-sorak
ria walaupun cuaca sangat panas. Kemudian para intelejen dan keamanan datang
mereka berbaris dengan rapat dan rapi agar para demonstran tidak dapat masuk ke
dalam gedung.
“Enyahlah kalian para penguasa ber-jas!” Teriak beberapa
warga.
“Pergilah kalian dari kampung kami! kalian adalah para
iblis yang menyamar sebagai manusia,gara-gara kalian Ibu Pertiwi merintikan air
matanya, kami tidak rela kalian mengeksploitasi SDA kampung kami bedebah kalian!”
Teriak salah satu warga kampung.
Kami semua semakin semangat untuk mengusir para bedebah
licik itu. Dengan tekad dan semangat, kami berlari ke arah barisan-barisan
musuh sehingga kami dapat menembus barisan-barisan mereka. Dan akhirnya kami dapat
masuk ke gedung PLTU.
Tepat di pintu masuk gedung aku menjadi kepercayaan para
warga Kampung Kertanegara untuk masuk ke dalam gedung. Akupun masuk ke dalam
gedung dan di sana aku bertemu David si bedebah busuk.
“Oh... jadi ini dia pahlawan cilik kampung yang berani
melakukan hal konyol.” Ucap David sambil menoyor jidatku.
“Ya...Aku adalah pahlawan kampungku, walaupun Aku kecil
tapi Aku punya jiwa ksatria, Aku tidak takut padamu,apalagi mati ditanganmu, Aku
diutus Ibu Pertiwi untuk membela kebenaran dan memerangi kejahatan, ya...salah
satunya adalah mengusir kau dan teman-teman kau dari kampungku, kau hanya
seorang manusia yang berjiwa kerdil, kau tak punya rasa kemanusiaan, kau
serakah, kau egois, kau zalim, hidupmu tidak akan tenang, enyahlah kau dari
kampungku!” Balasku sambil berteriak padanya.
“Nyalimu besar juga nak, ya ku akui aku kalah saat ini, karena
beberapa alasan, dan kau menang pada kesempatan ini. Namun perlu kau camkan Aku
akan merampas Ibu Pertiwimu lagi nanti. Camkan itu nak!” Ancam David.
“Aku tak takut dengan ancamanmu, itu takkan terjadi Ibu Pertiwi
akan berdiri kokoh karena dilindungi oleh anak-anaknya yang rela mati demi
melindunginya.” Tukasku.
“Kita lihat saja nanti.” Tantang David padaku.
Setelah perundingan yang sangat lama, akhirnya para
bedebah itu meninggalkan Kampung Kertanegara. Semua warga kampung bersuka cita
atas kemenangan mereka, akhirnya mereka dapat menikmati SDA Kampung Kertanegara
dan mereka terbebas dari segala tekanan batin yang selama ini mereka pikul. Akhirnya
keadaan Kampung Kertanegara menjadi aman, nyaman dan damai kembali, serta para
warga kampungpun menjadi sejahtera. Ibu Pertiwipun
tidak merintikan air matanya lagi ia tersenyum saat ini bahkan selamanya.
-Tamat-
Mau dong bisa bikin kaya gitu,gmana sih caranya??
BalasHapusBagus. Lanjutkan
BalasHapusHuhuyy Bosque✊ kembangkan!
BalasHapus