Langsung ke konten utama

Cerpen: Pasha Bunga Sang Oposisi Patriarki

             

      Senja mulai datang dengan perlahan, sang surya pun mulai meninggalkan singgasananya. Langit biru pun mulai memudarkan warnanya menjadi oranye seolah-olah di langit ada dua warna yang tak saling menyatu. Bising knalpot kendaraan memeriahkan suasana senja kampung kecil itu. Terlahirlah seorang anak perempuan bernama Pasha Bunga yang mulai beranjak dewasa. Ia adalah anak pertama dari empat saudara dan saudara-saudaranya semua perempuan.
      Entah mengapa Tuhan memberikan anak-anak perempuan kepada orang tuanya. Mungkin Tuhan memberikan jalan hidup tersendiri kepada makhluk-makhluk-Nya.  Tak ada kata ‘menyesal’ yang dilontarkan dari mulut Ibunya, karena sebagai perempuan Ibunya yakin bahwa di kemudian hari anak-anak perempuannya akan menjadi orang yang berpengaruh untuk dunia. Namun, sikap Ibunya dengan Ayahnya sangatlah berbeda, Ayahnya  selalu melontarkan kata ‘menyesal’ di setiap amarahnya dan kata itu sangat membuat hati Pasha Bunga sakit.
      Orang-orang di kampung ini masih berpikiran bahwa pedusi, puan atau perempuan itu hanya seorang budak pemuas nafsu berahi laki-laki atau suami dan semasa hidupnya hanya bergelut di dapur, kakus, dan kasur saja. Pemikiran patriarkisme memang sangat kental di kampungnya. Stigma inilah membuat ia harus memerdekakan semua perempuan yang ada di kampungnya agar mereka dapat bebas melakukan aktivitas-aktivitas di luar rumah. Banyak teman-teman perempuannya bahkan keluarganya pun dipoligami oleh suami mereka. Istilah poligami (seorang laki-laki atau perempuan yang mempunya istri atau suami lebih dari satu) di kampungnya bukan hal yang tabu karena sesungguhnya nenek moyang kampung juga melakukan hal itu dan itu merupakan adat istiadat kampung.
      Tapi ia tidak mau poligami di kampungnya  semakin menjamur. Karena banyak perempuan yang menjadi korban kekerasan dan ketidakadilan dari praha rumah tangga mereka. Poligami di kampungnya kebanyakan hanya menguntungkan pihak lelaki saja sedangkan pihak perempuan hanya menjadi budak seks mereka, mungkin istilah ‘Poligini’ lebih pantas daripada poligami.
      Sejak kecil ia sangat mencintai buku-buku yang ada di perpustakaan kecil di kampung. Saat teman-teman sebayanya bermain kelereng, tak jongkok, gasing  dengan teman-teman mereka, ia malah bercinta dengan buku-buku dan melahap habis semua tulisan yang ada di buku. Mungkin semua buku yang ada di perpustakaan sudah ia baca habis tak tersisa. Sampai akhirnya ia pergi ke toko klontong Koh Shian.
 “Apakah ada buku yang bisa ku baca?” tanya Pasha Bunga.
 “Tentu ada.” Jawab Koh Shian sambil memberinya sebuah buku tentang perempuan. 
Di kampungnya hanya Koh Shian yang berpendidikan karena ia belajar sampai jenjang perkuliahan.
      Setiap hari ia membaca buku tersebut hingga halaman terakhir. Dari buku itulah ia ingin  mendalami persoalan perempuan-perempuan di Indonesia bahkan dunia. Namun, sebelum kancah dunia ia ingin menyelesaikan problema-problema keperempuanan di kampungnya terlebih dahulu. Ia pernah membaca buku biografi tokoh perempuan yang sangat berpengaruh dalam pembebasan hak-hak perempuan nama tokohnya adalah Maria Ulfa. Ia adalah seorang menteri perempuan pertama Indonesia juga sebagai asisten pribadi Sutan Sjahrir. Maria Ulfa juga seorang perempuan pertama lulusan universitas di Leiden. Ia merupakan pencetus syarat-syarat poligami di Indonesia. Ia juga salah satu pendiri dari pergerakan perempuan di Indonesia yang pada tahun 50-an melakukan demo di depan Presiden Ir.Soekarno untuk menegakkan keadilan hak-hak perempuan. Mulai  saat itu Pasha Bunga ingin menjadi seorang ‘Maria Ulfa’ untuk menegakkan keadilan hak-hak perempuan di kampungnya.
                              ------- ∞ -------
“Pasha, cepatlah kemari Nak, bantu Ibu masak di dapur!” perintah Ibunya.
“Baik bu, tunggu sebentar,” ujar Pasha.
Pasha pun menghampiri Ibunya dan membantunya memotong bawang merah.
“Nak berapa usiamu sekarang?” tanya Ibunya tiba-tiba.
“Dua puluh tiga bu, memangnya ada apa? Tumben sekali Ibu bertanya tentang umurku.” Jawab Pasha terheran-heran.
“Di usia mu saat ini seharusnya kamu sudah memiliki suami.” 
“Sudahlah bu, di usiaku saat ini aku masih ingin mencari banyak ilmu dan pengalaman, jika aku kawin nanti aku tak akan bebas pergi ke luar rumah, toh kalau aku kawin pasti suamiku nanti akan memoligamikanku aku tidak ingin itu terjadi bu.” Cerocos Pasha.
      Pasha meninggalkan Ibunya yang masih berada di dapur. Kemudian ia pergi ke kamarnya sambil merenungkan perkataan Ibunya juga perkataannya sendiri.
      Keesokan harinya Pasha pergi ke rumah Siti sahabat karib Pasha. Walaupun umur mereka sama tetapi Siti sudah mempunyai suami. Nasib juga membedakan Pasha dengan Siti, seperti adat kampungnya Siti dipoligami oleh  suaminya. Tapi, itu semua tidak meruntuhkan persahabatan mereka, malah mereka semakin mengeratkan dan saling menguatkan satu sama lain. Ketika mereka saling bercerita tiba-tiba suara gaduh terdengar dari samping rumah Siti seperti orang sedang bertengkar yang dibarengi dengan alat perabotan yang jatuh tak karuan. Pasha dan Siti pun langsung melihat keadaan tetangganya. Benar saja tetangga samping rumah Siti bertengkar hebat keadaan dalam rumah kacau berantakan dan beberapa warga melihat pertengkaran itu  langsung melerainya.
      Setelah kejadian itu usut punya usut ternyata pertengkaran itu diakibatkan suami memaksa istrinya untuk membolehkan ia melakukan poligami. Hal semacam ini membuat Pasha semakin geram, mengapa begitu mudahnya ‘para lelaki’ melakukan poligami. Padahal banyak persyaratan tertentu yang harus dipenuhi untuk melakukan poligami. Setelah kejadian itu Pasha bertekad untuk mengambil langkah akhir untuk menegakkan keadilan hak-hak perempuan di kampungnya.
                             ------- ∞ -------
      Sudah diambang keterlaluan sikap seenaknya para lelaki kampung. Mereka menganggap perempuan hanya budak dan boneka saja dapat dipermainkan dan dibuang begitu saja seakan-akan mereka hina bahkan lebih hina dari binatang. Padahal Tuhan menciptakan manusia itu sama, sama-sama mempunyai hak, derajat, dan keadilan. Pasha pun akhirnya membuat organisasi perempuan yang diberi nama ‘Suara Kaum Hawa’. Organisasi itu masih berumur jagung namun anggotanya terus bertambah banyak dan mau tak mau harus memiliki tempat yang lebih besar dan luas untuk menampung mereka.
      Kemudian Pasha mencari tempat yang pantas untuk dijadikan ‘Markas’ perempuan kampung. Setelah ia berkeliling kampung ternyata ada tempat yang cukup luas dan lumayan besar untuk menampung anggota-anggotanya. Tempat itu bekas kandang sapi yang telah lama tak difungsikan lagi terlebih pemilik kandang sapi itu pindah ke luar kota. Maka, Pasha dan teman-temannya bersama-sama membersihkan dan merenovasi kandang sapi itu menjadi tempat perkumpulan yang pantas. Tak membutuhkan banyak waktu yang lama kandang sapi itu sudah berubah menjadi rumah aspirasi perempuan kampung. Ditancapkannya plang bambu yang bertuliskan ‘Suara Kaum Hawa’ mempertegas bahwa tempat ini adalah surganya  perempuan kampung yang ingin memberikan aspirasi, ide atau hanya sekadar curhat tentang kehidupan mereka.
      Pasha telah membuktikan bahwa perjuangan dan kegigihannya  akan membuat perubahan nasib perempuan di kampungnya menjadi lebih baik. Hari demi hari anggota ‘Suara Kaum Hawa’ bertambah Pasha pun semakin bersemangat dalam memajukkan planning organisasinya. Hingga saat ini hak-hak keadilan dan kebebasan perempuan sedikit demi sedikit didapatkan oleh para perempuan kampung. Ini semua berkat Pasha yang selalu memberikan pesan-pesan bijak, motivasi dan semangat kepada semua perempuan kampung.
      Ketika perempuan kampung sudah mendapatkan hak-hak mereka ada saja ulah para lelaki yang ingin merampas hak-hak perempuan kampung. Seakan-akan mereka tak rela kalau para perempuan mendapatkan hak-hak keadilan. Bahkan kejadian tak mengenakan menimpa Pasha juga para perempuan kampung. Salah seorang pemuda kampung bersama komplotannya mereka sengaja mengubrak-abrik rumah suara kaum hawa di tengah malam tanpa ampun sehingga rumah itu  berantakan tak berbentuk seperti rumah lagi. Keparat memang perilaku para lelaki kampung.
     Paginya Pasha bersama para perempuan kampung kaget terheran-heran, tiba-tiba rumah mereka berantakan tak berbentuk seperti rumah lagi. Pasha tak dapat meredam amarahnya lagi, maka ia sekarang marah sejadi-jadinya seperti orang kesetanan, ia berkata, “ Bajingan!!! Siapa yang melakukan ini semua hah? Siapa?! Apa kalian tidak punya hati, kami tidak pernah mengusik kalian, mengapa kalian tega melakukan ini semua kepada kami?”. Tiba-tiba seorang lelaki bersama komplotanya menyauti perkataan Pasha, lelaki itu bernama Badri ia mengakui perbuatannya  tanpa rasa bersalah seolah-olah itu bukan suatu kejahatan, ia berkata, “ Hei Pasha kami yang melakukan itu semua.”   Pengakuan Badri sungguh sangat membuat Pasha dan para perempuan kampung marah. Pasha pun menanggapi pengakuan Badri, ia berkata, “ Apakah kau orang yang tolol Badri?! Jika kau kesal pada kami dan tak rela kami mendapatkan hak-hak keadilan, kau seharusnya datang pada kami dengan cara yang elegan tidak dengan cara seprimitif ini.”  
                               ------- ∞ -------
      Sejak kejadian itu Pasha dan para perempuan kampung menyusun rencana untuk membalas perbuatan  Badri dan komplotannya. Tapi recana mereka untuk membalas Badri bukan dengan pertarungan atau perkelahian itu semua cara yang primitif dan kuno. Pasha ingin melakukan pertemuan secara diplomasi, melakukan perjanjian, dan mediasi  agar tidak ada lagi perpecahan antara kaum perempuan dan kaum lelaki. Dan juga pengesahan tuntutan-tuntutan perempuan di gedung kepala kampung nanti.
      Pasha mengutus Siti  untuk menyampaikan surat pertemuan kepada Badri. Ketika Siti sampai di rumah Badri, Siti langsung memberikan surat itu kepadanya. Nasib baik berpihak pada Siti, Badri pun langsung mengambil surat itu dan meng-iyakan pertemuan itu. Siti bergegas pergi ke rumah Pasha untuk memberikannya kabar gembira.
      Sabtu pagi begitu cerah secerah senyuman manis yang menghiasi wajah Pasha. Hari ini adalah hari pertemuannya dengan Badri dan juga pengesahan hak-hak keadilan perempuan. Badri merasa heran mengapa Pasha tidak membunuhnya saja setelah perbuatannya yang tolol itu. Pertemuan Pasha dan Badri diselenggarakan di gedung kepala kampung. Pertemuan itu disaksikan oleh kepala kampung dan semua warga kampung. Isi dari pertemuan itu adalah perdamaian antara kaum perempuan dengan kaum lelaki kampung, mengangkat hak-hak keadilan perempuan kampung, dan menghapuskan poligami juga patriarki. Kegiatan pertemuan itu berjalan dengan lancar, kepala kampung pun mengesahkan semua tuntutan  dan akhirnya para perempuan kampung sepenuhnya  dapat mendapatkan hak-hak keadilan mereka, dihapuskannya poligami dan tidak ada lagi pemikiran patriarki.
      Itu semua membuat Pasha lega, akhirnya ia mendapatkan hasil yang memuaskan setelah perjuangannya selama ini , terbayar sudah dengan pengesahan tuntutan dan perdamaian di gedung kepala kampung tadi. Belum ada lima menit Pasha merayakan kemenangannya suara ledakan pistol colt 1911 mengagetkan semua warga, peluru itupun mengenai kepala Pasha. Seketika keadaan gedung berubah yang tadinya penuh dengan kebahagiaan kini penuh dengan tragedi berdarah. Semua warga panik dan ketakutan, mereka langsung menyelamatkan diri mereka masing-masing. Para keamanan kampung pun langsung bertebaran ke berbagai tempat untuk mengevakuasi para korban juga warga kampung. Kejadian nahas itu pun mengakibatkan duka yang mendalam bagi warga kampung. Pasha gugur dalam perjuangannya. Entah siapa yang melakukan penembakan keji itu, para keamanan kampung masih memburu pelaku penembakan.
      Tragedi ini akan selalu dikenang warga kampung, dan Pasha Bunga  seorang pahlawan perempuan muda yang dengan semangat perjuangannya berhasil menyelesaikan misi mulianya untuk menegakkan hak-hak keadilan perempuan, menghapuskan poligami dan patriarkisme di kampungnya. Perjuangan dan jasa-jasanya akan selalu dikenang oleh semua orang  terlebih kaum perempuan. 
      Setelah kematiannya warga kampung membuat patung Pasha Bunga yang sedang berdiri sambil memakai selendang yang bertuliskan “Pasha Bunga Sang Oposisi Patriarki”.
                             










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan antara Fiqh Al-Lugha dengan Ilmu Al-Lugha

  A.     Pengertian Fiqh al-Lughah dan Ilmu al-Lughah Secara etimologis (dari segi bahasa) kedua istilah itu sama. Dalam kamus Arab ditemukan bahwa kata الفقه     berarti العلم بالشيء و الفهم له   ( pemahaman dan pengetahuan tentang sesuatu) [1] . Singkatnya kata al-fiqh ( الفقه ) = al-’ilm ( العلم ) dan kata faquha ( فقه   ) = ‘alima ( علم ). Hanya saja pada penggunaannya kemudian, kata al-fiqh lebih didominasi oleh bidang hukum. Dengan demikian frase ilm lughah sama dengan frase fiqh lughah . [2] Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ibnu Mansur, beliau mengatakan bahwa istilah “ علم اللغة “ memiliki kesamaan dengan istilah فقه اللغة" “ yaitu dari kata فقه" “dan “ علم “ yang dapat diartikan mengetahui atau memahami [3] . Hal ini diperkuat firman Allah swt. dalam QS; Al-Taubah/9: 122   لِیَتَفَقهوا فِى الدِّیْنِ " أَيْ لِیَكُوْنُوْاعُلَمَاءً بهِ “ " Untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama” [4] Dengan demikian fiqh al-lughah

Terjemahan Bab Mabni dan Mu'rob kitab Jami'u Duruus

4. Kata من   (man) istifhamiyah atau mausuliyah atau mausufiyah atau syartiyah dengan dua tanda jar maka seperti contoh istifhamiyah: ( (مِمَنْ أَنْتَ تَشْكُرُ؟ dan mausuliyah seperti: ( (خذ العلم عمَنْ تثق به dan mausufiyah seperti: ( (عجبت ممَّنْ لك يؤذيك dan syartiyah seperti: ( (ممَّنْ تبتعد ابتعد . -Kata من   (man) istifhamiyah dengan fa’ jariyah seperti: ( (فِيْمَنْ ترغب ان يكون معك؟ dan لا pada kata an an-nasihah untuk mudhori’ seperti: ( (لئلا يعلم اهل الكتاب tidak ada perbedaan pada contoh sebelumnya. Lam ta’lil jariyah dan lam sebelumnya.Mazhab Jumhur dan Abu Hibban dan pengikutnya berpendapat wajib pada pasal. -Kata لا kata in syartiyah al-jariyah seperti: ( (اِلاَّ تفعلوه تكن فتنة اِلاَّ تنصروه الله - Kata لا pada kata kay seperti: ( (لكيلا يكون عليكحرجٌ dan mereka mengatakan pasal ini adalah wajib.Ada dua perkara yang boleh   yaitu al-waslu dan al-faslu di dalam Al-Quran. MABNI DAN MU’ROB DAN AF’AALNYA -Semua fi’il itu adalah mabni dan bukan mu’rob ke

Cinta yang Semu

 Kisah cintaku tak berjalan mulus, seringkali aku hanya merasakan cinta sepihak. Pernah ketika aku SMP  seorang lelaki mengirimiku surat cinta dengan kertas yang sangat harum. Belum pernah selama hidupku dikirimi surat cinta. Itu adalah hal pertama dan terkahir dalam hidupku. Rasanya aku sangat senang, dan kaget. Bagaimana bisa perempuan tak menarik sepertiku mendapatkan surat cinta dari lelaki rahasia. Ketika aku mengungkapkannya pada sahabatku, lelaki ini adalah siswa di kelas lain. Setelah itu, aku sering memerhatikannya. Selanjutnya benih-benih cinta di dalam hatiku muncul. Aku sempat ingin bertanya langsung padanya, apakah benar dia yang mengirimi aku surat itu. Namun, lambat laun itu semua adalah skenario menyakitkan yang aku alami. Singkatnya, surat itu tidak pernah ada. Bukan dia yang mengirimi aku surat. Tapi, sahabatku sendiri. Aku kecewa dengan sahabatku. Kenapa dia mempermainkan hatiku. Kenyataannya yang paling menyakitkan adalah lelaki itu mencintai sahabatku sendiri. Sete