Selama menjadi seseorang di ujung tanduk perkuliahan, jiwa dan pikiranku tidak tenang. Tak ada seseorang dan tempat yang membuatku merasa lebih tenang selain bersama khayal imaji di dalam pikiranku yang tidak benar-benar akan terjadi. Entah mengapa berkhayal lebih mudah daripada kegiatan lain yang menurut banyak orang lebih bermanfaat. Ketika khayalanku meluap bagai septic tank yang tak mampu lagi menampung kotoran-kotoran umat manusia, aku merasa menjadi manusia yang ringan di dunia ini. Seluruh rasa penasaran, keraguan, ketidakpercayaan, kesepian, dan hal buruk yang ada di hidupku telah sirna. Aku ingin selamanya berkhayal, tidak satupun makhluk hidup yang ada di muka bumi ini dapat menghentikanku kecuali Dia sang penguasa. Meskipun kalian, manusia menganggapku tak berguna. Aku tak peduli, aku bahkan tak mengingingkan saran, kritik, dan ocehan-ocehan sampah kalian. Kalian tidak memiliki kunci untuk menjadi bagian dari diriku. Aku hanya aku seorang. Aku hidup untuk diriku. Kalian sama sekali tidak membantuku ketika emosi-emosi liarku berada di puncaknya. Aku bahkan merasa seperti orang tidak waras pada saat itu. Namun, saat ini aku bisa mengendalikannya. Aku merasa satu.
Satu hal lagi yang inginku sampaikan, tidakkah manusia itu adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan dan energi dari manusia lain? Aku merasa pernyataan itu hanya utopia sampah yang tidak berfungsi pada diriku. Sebenarnya siapa yang salah? Aku atau Kalian wahai manusia? Aku bahkan sampai berpikir jika aku bukanlah manusia, aku adalah spesies lain dari kalian. Aku begini karena muak dengan perilaku kalian padaku, salah apa aku, aku bahkan tidak pernah membunuh seseorang. Aku bukan seorang terdakwa. Aku hanyalah aku. Mengapa kalian tidak membantuku, bahkan sekadar tegur sapa padaku kalian hanya memalingkan wajah. Hei, aku ini sama seperti kalian, manusia. Sampai detik ini, aku mempunyai hipotesis jika manusia adalah spesies yang sangat berbahaya.
Lalu, seorang manusia bertanya padaku, apa yang membuatmu bahagia? cinta? Tidak. Sekali lagi tidak. Cinta telah mengecewakanku beribu-ribu tahun yang lalu. Aku telah kecewa padanya. Cinta selalu membutuhkan balasan yang sangat tidak masuk akal. Semua orang bilang "Cinta sejati tidak pernah meminta balasan", aku tidak mengamini bahkan percaya padanya. Cinta pada seseorang lebih bahaya lagi, ia selalu merasa bahwa diri ini miliknya. Aku tidak setuju. Diri kita hanya milik kita, orang lain tidak boleh memiliki. Cinta hanya membodohkan umat manusia. Aku tidak bahagia karena cinta. Aku bahagia karena khayal imajiku.
Komentar
Posting Komentar