Pernahkah kalian melihat lukisan Mona Lisa baik secara langsung; di museum Louvre, maupun tidak langsung. Aku yakin, semua orang pernah melihat lukisan Mahakarya Leonardo da Vinci ini. Sejak hadirnya Mona Lisa, seluruh peneliti, ilmuwan, para ahli di berbagai bidang, kritikus seni dan sejarah, tak pernah luput untuk mengungkap rahasia-rahasia di balik senyum misterius Mona Lisa.
Saya selalu suka topik yang membahas rahasia-rahasia di dunia yg belum terpecahkan, salah satunya lukisan Mona Lisa ini. Tulisan ini bersumber dari buku dengan judul sama yang telah saya baca beberapa waktu lalu. Setelah membaca buku tersebut saya semakin yakin bahwa masih banyak rahasia di dunia ini yang belum dijamah dan diungkap oleh dunia. Maka, izinkan saya untuk membagi informasi kepada para pembaca untuk mengenal dan mengeksplor lebih jauh tentang Mona Lisa.
Lukisan Mona Lisa merupakan hasil Mahakarya dari sang maestro seni legendaris Leonardo da Vinci yang dikerjakan selama 16 tahun lamanya, yaitu pada tahun 1503-1519. Lukisan ini dibuat sekitar tahun 1503-1504 dan selanjutnya selama empat tahun sempat terkantung-kantung tak segera dituntaskan. Sebagaimana dikenal oleh para sahabatnya, kebiasaan buruk Leonardi adalah berlama-lama mengerjakan proyeknya, baik lukisan atau patung, dan bahkan sebagian besar berujung tanpa penyelesaian final. Pembuatan lukisan ini diawali di Florence, Italia, dan tak segera dituntaskan. Leonardo merampungkan lukisannya sebelum ia meninggal di Clos Luce, Perancis. Setelah bertahan melewati masa Revolusi Perancis dan mengalami berbagai kepemilikan, bahkan juga penculikan, maka sekarang lukisan ini dipajang secara permanen di museum Louvre, Perancis sebagai koleksi no. 779.
Leonardo tak secara khusus memberi judul lukisan ini dengan nama Mona Lisa. Ketika salah seorang asistennya sekaligus kekasihnya, Salai, meninggal tahun 1525, disebutkan dalam dokumen pribadinya bahwa ia memiliki lukisan berjudul "La Gioconda", yang sebelumnya diwariskan oleh sang seniman kepadanya enam tahun sebelumnya. Dalam bahasa Italia, gioconda bermakna 'yang berbahagia'. Judul lukisan dalam bahasa Perancis La Jaconde yang memiliki arti serupa dengan La Gioconda.
Judul lukisan yang kita kenal saat ini berasal dari penjelasan Giorgio Vasari dalam karya biografinya tentang Leonardo yang diterbitkan tahun 1550, "Leonardo mengerjakan lukisan untuk Francesco del Giocondo, sebuah potret dari Mona Lisa, yaitu istrinya...". Dalam bahasa Italia ma donna berarti my lady, permaisuriku. Sebutan ini selanjutnya menjadi madonna, disingkat lagi sebagai mona. Begitulah mona berarti juga bentuk halus untuk sapaan, mirip dengan nyonya, madam, atau istri/permaisuri. Dalam bahasa Italia modern, bentuk ringkasnya madonna biasanya diucapkan monna. Dari sinilah maka judul lukisan menjadi Monna Lisa/ Mona Lisa.
Meskipun telah disebut demikian dalam buku Vasari, namun selama bertahun-tahun masih berlaku beberapa pandangan alternatif. Sebagian ahli berasrgumentasi bahwa Lisa del Giocondo adalah model dalam lukisan potret yang lainnya; setidaknya empat lukisan lain teridentifikasi sebagai Mona Lisa seperti pendapat Vasari. Sigmund Freud percaya bahwa senyuman setengah tersohor itu adalah perwujudan kenangan Leonardo akan ibunya. Pendapat lain mengatakan bahwa model tersebut bernama Isabella dari Naples, Cecilia Gallerani, Costanza d'Avalos, Duchess of Francavilla, Isabella d'Este, Pacifica Brandano, Isabella Gualanda, Caterina Sforza, dan bahkan sisi feminin Leonardo da Vinci sendiri.
Perempuan secantik bidadari sekali pun, apabila digambarkan tanpa alis dan bulu mata, apalagi tanpa perhiasan sama sekali, rasa-rasanya tak lagi bisa dibilang menarik. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Menurut sejarawan, pada masa itu merupakan kebiasaan kalangan perempuan terhormat untuk mencabuti rambut alis karena mereka berpendapat bagian itu tidak sedap dipandang. Sementara justru berkat dandanannya yang polos, maka perempuan ini semakin menonjolkan pesona tatapan mata dan senyumannya yang bersahaja. Belum lagi warna serba gelap yang membingkao sosoknya turut menonjolkan pancaran wajahnya. Memang kedua hal inilah yang seringkali berhasil memancing penasaran siapa saja yang memandangnya, terlebih lagi tak ada catatan khusus yang ditorehkan sang pelukis.
Konon satu ekspresi wajah perempuan bisa mempresentasikan 1001 macam emosi, dalam hal tersenyum sekali pun. Meski hampir semua orang percaya dan sepakat bahwa perempuan dalam lukisan tersebut menyunggingkan senyuman yang mustahil bermakna duka, namun sekelompok ilmuwan Belanda di Universitas Amsterdam telah mengujinya pada akhir tahun 2005. Mereka memanfaatkan perangkat lunak 'pengenalan emosi' yang dikembangkan bersama dengan Universitas Illinois. Pengukuran dilakukan secara cermat, misalnya pada bentuk lengkungan bibir dan kerutan sekitar mata. Atas pengujian Mona Lisa mereka menyimpulkan bahwa senyuman tersebut kemungkinan 83% gembira, 9% muak, 6% takut, dan 2% marah. Selain penelitian terkait ekspresi wajah sang model, banyak sekali penelitian yang membahas seluruh aspek lukisan tersebut salah satunya teknik melukis sang maestro.
Leonardo menggunakan teknik sfumato dan chiaroscuro, konon kedua teknik ini adalah teknik yg sulit dipelajari. Sfumato dan chiaroscuro, dua teknik lukis yg marak digunakan seniman Renaisans untuk mencapai tingkat kehalusan yg mengesankan. Mona Lisa adalah contoh sempurna betapa Leonardo sangat menguasai teknik tersebut. Teknik sfumato yg berarti mengabur atau berasap dalam bahasa Italia menggunakan perpaduan antara nada halus dan warna untuk menghasilkan ilusi bentuk, kedalaman, dan volume. Sfumato dicirikan melalui transisi yg sangat halus, bahkan nyaris tak kentara, antara warna demi warna, menciptkan efek kabur atau samar-samar seperti udara. Dalam Mona Lisa, kesan ini terasa paling kuat pada bagian baju berbahan semacam kasa lembut yg dikenakan model dan dalam senyuman enigmatisnya. Sementara, Chiaroscuro adalah teknik membuat dan mendefinisikan bentuk melalui permainan kontras terang dan gelap bayangan (bahasa Italia, chiaro: terang, oscura: gelap), tangan sensitif model dilukiskan dengan suatu modulasi terang dan gelap, sementara kontras warna digunakan sekadarnya saja.
Inikah semua yg dimaksudkan oleh Scott Lund pada tahun 2010 bahwa 2 windu yg dihabiskan Leonardo untuk menyempurnakan Mona Lisa karena ia menggunakan teknik sfumato dengan menggabungkan ribuan titik berwarna? Benarkah inti misteri Mona Lisa ternyata semata-mata permainan teknik tinggi dalam seni lukis yg dikuasai sang maestro?
Sebenarnya masih banyak rahasia lain dibalik mahakarya lukisan Leonardo, namun tulisan ini akan panjang seperti karya ilmiah. Alangkah baiknya jika para pembaca langsung membaca bukunya agar kalian dapat mengetahui lebih dalam lagi rahasia dibalik senyum enigmatis Mona Lisa. Semoga tulisan ini dapat mendewasakan pikiran kalian.
Komentar
Posting Komentar