Langsung ke konten utama

Cerpen: My Ketua Koor (2)



     Pagi tiba ditemani senyuman mentari yang cerah. Hari ini aku dan teman-temanku akan melaksanakan PBAK jurusan. Seperti biasa semua panitia harus stand by lebih dulu supaya mobilisasi maba mudah gak butuh banyak waktu. Nothing special today, aku pergi ke kampus pukul 6 pagi bawa laptop yang membuat aku harus membawa ransel padahal tadinya aku cuman mau bawa slang bag cuman aku ditugaskan sama koorku buat bawa laptop, It's okay ya namanya juga junior nurut sama seniornya dong. 
     Ternyata semua gak berjalan lancar ada aja masalah yang ngintilin aku. Mulai dari gak diizinin parkir di belakang gedung sama kang parkir padahal itu memudahkan aku pergi ke lokasi dan you know sebelum aku tuh ada panitia lain yang nyelonong masuk gitu aja dan di situ ada kang parkirnya. Pilih kasih. Karenanya aku parkir di gedung parkiran yang lumayan jauh dari lokasi PBAK, oooh shit! , gerutuku. Buru-buru aku pergi ke lokasi itu ngos-ngosan woy! aku naik ke lantai 7 gak pake lift karena setiap lantai udah disiapkan untuk PBAK jurusan mereka, alhasil dandanan aku luntur kena keringat manjaku. Huft akhirnya aku sampai juga, ternyata aku udah ditunggu sama koorku. Aku langsung mengeluarkan laptopku untuk disetting sama programmer andalan ku. Dia perempuan canggih emang, dia memang lulusan SMK TKJ pakar IT. Setelah semua beres acara pun dimulai.
     Penyambutan mahasiswa baru yang diiringi sorak sorai panitia meramaikan seluruh gedung fakultasku. Semua panitia stay di posisi mereka masing-masing. Mereka (maba) pun masuk ke ruangan yang sudah ditentukan. Acara PBAK jurusan dimulai dengan khidmat mereka mengikut acaranya. Tetapi tidak dengan ku, seperti biasa aku malah duduk di ruang divisi konsumsi membantu mereka mengemas makanan untuk dijadikan hadiah atau hanya have a chat dengan temanku. Membosankan memang tapi menurutku itu lebih baik dibandingkan melihat acara di dalam kelas yang menurutku sangat pengap. Aku tidak terlalu apatis. Masih punya hati nurani. Sesekali aku menengok ke ruang itu dan kembali lagi ke ruang konsumsi. 
     Ketua koorku meng-handle acara ini dengan baik. Ku akui kalau aku kurang maksimal dalam memainkan peran acara. Tapi dia tidak pernah kasar dalam menegur anggotanya, dia sabar, jujur dan tanggung jawab. Jujur jarang sekali aku menemukan ketua koor sepertinya. Aku pernah menjadi anggota divisi yang diketuai oleh koor yang idealis dan juga tegas. Aku gak suka dengan tipe orang idealis, why ? karena setiap manusia pasti pernah 'dijalan yang belok' gak mungkin dia selalu di jalan yang lurus memangnya dia nabi. Aku sangat respect sama ketua koorku ini. Dia sangat jujur dan apa adanya, ketika acara selesai ada sesi evaluasi dimana setiap divisi harus menyampaikan kekurangan dan kelabihan kinerja mereka dalam acara ini. Giliran divisiku, ketua koorku menyampaikan semua evaluasi yang ada di divisinya, mulai dari nilai plus sampai nilai minus ia jabarkan dengan detail. Hal yang membuatku respect padanya adalah ia mengakui kalau ia kurang merangkul anggota divisinya. I think jarang banget orang yang mengakui kesalahan yang satu ini. Kebanyakan ketua koor pasti menyudutkan anggotanya yang apatis atau malah dia kurang keikutsertaan dalam acara. Itu gak fair menurutku karena gak semua kesalahan itu ada pada anggotanya bisa saja kurang komunikasi antara ketua koor or something else.
     Pada akhirnya aku sangat menyesal mempunyai stigma buruk pada ketua koorku. Dia baik, jujur, sabar dan tanggung jawab. Sorry buat my ketua koor yang udah ku judge kalau dia itu orang yang menyepelakan, gak punya hati gara-gara PHP-in anggotanya. I wish you mau memaafkan sikap kekanak-anakan kita especially AKU. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan antara Fiqh Al-Lugha dengan Ilmu Al-Lugha

  A.     Pengertian Fiqh al-Lughah dan Ilmu al-Lughah Secara etimologis (dari segi bahasa) kedua istilah itu sama. Dalam kamus Arab ditemukan bahwa kata الفقه     berarti العلم بالشيء و الفهم له   ( pemahaman dan pengetahuan tentang sesuatu) [1] . Singkatnya kata al-fiqh ( الفقه ) = al-’ilm ( العلم ) dan kata faquha ( فقه   ) = ‘alima ( علم ). Hanya saja pada penggunaannya kemudian, kata al-fiqh lebih didominasi oleh bidang hukum. Dengan demikian frase ilm lughah sama dengan frase fiqh lughah . [2] Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ibnu Mansur, beliau mengatakan bahwa istilah “ علم اللغة “ memiliki kesamaan dengan istilah فقه اللغة" “ yaitu dari kata فقه" “dan “ علم “ yang dapat diartikan mengetahui atau memahami [3] . Hal ini diperkuat firman Allah swt. dalam QS; Al-Taubah/9: 122   لِیَتَفَقهوا فِى الدِّیْنِ " أَيْ لِیَكُوْنُوْاعُلَمَاءً بهِ “ " Untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama” [4] Dengan...

Linguistik Kontrastif: Pengertian, Objek, Metode, Manfaat dan Tujuan

Pengertian Linguistik Kontrastif      Kata contrasstive adalah kata keadaan yang diturunkan dari kata kerja to contrast. Dalam The American Collage Dictionary terdapat penjelasan sebagai berikut: “contrast:   To set in opposition in order to show unlikeness; compare by observing differences”. “menempatkan dalam oposisi atau pertentangan dengan tujuan memperlihatkan ketidaksamaan; memperbandingkan dengan jalan memperhatikan perbedaan-perbedaan.” Dari penjelasan di atas dapatlah kita tarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan istilah linguistik kontrastif atau contrastive linguistics adalah ilmu bahasa yang meneliti perbedaan-perbedaan, ketidaksamaan-ketidaksamaan yang terdapat pada dua bahasa atau lebih. Linguistik kontrastif atau disebut juga dengan analisis kontrastif ( contrastive analysis ) termasuk mikrolinguistik. Linguistik kontrastif adalah salah satu model analisis bahasa dengan asumsi bahwa bahasa-bahasa dapat diperbandingkan secara sinkronis...

DEWASA ITU BANYAK CEMASNYA

Sesuai judulnya, dewasa itu banyak cemasnya. Makannya pandai-pandailah mengolah kecemasan agar dampak ke diri sendiri posistif. Maksudku, segala aspek kehidupan dipikirin dan dicemasin. Aku sendiri merasakan itu, sebut saja 3P (Pendidikan, Pekerjaan, dan Percintaan). Mulai dari pendidikan, di umur yang ke-24 tahun aku masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang magister, tentu saja aku mensyukurinya. Tapi adakala dimana aku mencemaskan posisiku sebagai mahasiswa, aku merasa posisiku itu abu-abu, karena aku melihat orang lain di usia tersebut sudah mempunyai pekerjaan yang settle dan sebagian sudah ada yang berkeluarga. Aku cemas. Namun aku selalu memvalidasi diri bahwa setiap orang punya jalannya masing-masing. Kemudian pekerjaan, kebetulan aku sudah memiliki beberapa pengalaman bekerja walaupun timelinenya tidak lama. Sambil kuliah aku mengajar di sebuah institusi pendidikan non formal yang menurutku kegiatan dan waktunya fleksibel tidak terlalu terikat. Terkadang a...