Langsung ke konten utama

Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

 

 

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN HASIL BELAJAR  KAIDAH JAZM FI’IL MUDHORI’ MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA KELAS XII MA AL-FILSUFIYYAH KOTA TANGERANG


 

 


 

 



 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Kesan pertama orang yang mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa asing adalah    struktur atau tata bahasanya yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Keistimewaan dan kekhususan bahasa Arab adalah bahwa pada umumnya kata-katanya berasal dari satu akar kata, yang terdiri dari tiga huruf. Bertolak dari akar kata itu, dapat dibentuk kata-kata lain dengan berbagai macam penggunaan atau pemakaian.

Tata bahasa merupakan istilah lain dari gramatika (grammar) atau dalam bahasa Arab disebut nahwu-sharf[1]. Menurut Hocket, tata bahasa memuat sistem aturan (nuzhum/rules) atau pola-pola (anmath/pattern) yang berlaku pada suatu bahasa. Kaidah-kaidah suatu bahasa diperoleh atas dasar analisis peneliti terhadap peristiwa-peristiwa bahasa yang berulang-ulang.

Berdasarkan pengertian tentang tata bahasa sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, tata bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tata kata dan tata kalimat. Dalam bahasa Arab ilmu yang membahas tentang tata kata disebut dengan ilm sharf. Sedangkan tata kalimat dalam bahasa Arab dikaji dalam ilm nahwu.

Thu’aimah (1986:61) menerangkan bahwa penguasaan tata bahasa Arab adalah penguasaan terhadap kaidah-kaidah bahasa Arab yang tercakup pada kajian nahwu dan sharf , baik secara terpisah maupun bersamaan[2].

Pembelajaran bahasa Arab seringkali ditakuti para siswa ketika mulai membahas mengenai qawaid atau kaidah.  Meskipun ada beberapa siswa yang tertarik dengan pembahasan ini, namun beberapa siswa lainnya menganggap kaidah bahasa Arab ini sulit dan terlalu rumit untuk dipelajari dan dipahami. Banyak faktor yang melatar belakangi hal ini mulai dari pembahasan yang kurang menarik, bahan ajar yang sulit dipahami, metode atau pun strategi yang digunakan oleh pengajar kurang tepat, dan hal lainnya.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar dalam pembelajaran kaidah jazm fi’il mudhori adalah dengan menggunakan model kooperatif jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model  pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Menurut Lie, A. (1994), model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian ”siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (kelompok ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan kelompok ahli.

Hal ini mendorong penulis untuk menyusun proposal penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar  Kaidah Jazm Fi’il Mudhori’ Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang” dengan harapan model ini dapat menjadi salah satu solusi dalam pembelajaran kaidah bahasa Arab yang terkadang dinilai menyeramkan oleh sebagian siswa dan agar dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Arab.

 

 


 

B.     IDENTIFIKASI MASALAH

Pembelajaran qawaid atau kaidah bahasa Arab seringkali menjadi hambatan bagi siswa dalam memahami bahasa Arab. Hal ini tentunya dapat berdampak pada hasil belajar siswa, dapat saya jumpai pada siswa kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang yang kurang tertarik dengan pembelajaran bahasa Arab karena terhambat dalam memahami kaidah dan menimbulkan rasa malas dan menyerah dalam mempelajarinya. Dalam hal ini, barangkali metode yang digunakan pengajar kurang menarik perhatian siswa, sehingga diperlukan sebuah metode yang kiranya lebih menarik sehingga hasil belajar siswa pun dapat sesuai dengan apa yang diharapkan.

 

C.     PEMBATASAN MASALAH

Bedasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini hanya akan membahas penerapan model Kooperatif Jigsaw pada pembelajaran kaidah Jazm Fi’il Mudhori’ dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang. Apakah model Kooperatif Jigsaw pada pembelajaran kaidah ini akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

 

D.    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam PTK ini adalah: Apakah penerapan model Kooperatif Jigsaw dalam pembelajaran kaidah Jazm Fi’il Mudhori’ dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang?

 

E.     TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan dalam PTK ini adalah:

Meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang dengan menerapkan model Kooperatif Jigsaw dalam pembelajaran kaidah Jazm Fi’il Mudhori’.

 

F.     MANFAAT PENELITIAN

                  1.     Bagi siswa, PTK ini bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

                  2.     Bagi guru, khususnya peneliti bermanfaat untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran bahasa Arab.

                  3.     Bagi sekolah, merupakan upaya inovasi dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan sekolah, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar.


 

BAB II

LANDASAN TEORI

A.    DESKRIPSI TEORI

1.      Model

Junaedi dkk mengutip beberapa definisi model, diantaranya pertama, Arends (1997); “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system”.[3] Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengolaannya, sehingga model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada pendekatan, strategi, metode atau prosedur.

Kedua, model pembelajaran adalah Model Pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Ketiga, Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Selain definisi di atas model pembelajaran dimaknai sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

 

2.      Model Kooperatif Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni 2010: 54). Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. Dalam pelaksanaannya, jigsaw menempatkan siswa ke dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi pelajaran mereka saat itu (Huda 2011: 120)[4].

Huda (2011: 121) menjelaskan bahwa saat melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam kelompok ahli. Perkumpulan siswa yang memiliki bagian informasi yang sama dikenal dengan istilah kelompok “ahli”. Dalam kelompok “ahli” ini masing-masing siswa saling berdiskusi dan mencari cara terbaik bagaimana menjelaskan bagian informasi itu kepada teman-teman satu kelompoknya yang semula. Setelah diskusi selesai, semua siswa dalam kelompok “ahli” ini kembali ke kelompoknya yang semula, dan masing-masing dari mereka mulai menjelaskan bagian informasi tersebut kepada teman-teman satu kelompoknya.

Dalam konsep jigsaw, semua siswa harus bisa mendapatkan kesempatan dalam proses belajar supaya semua pemikiran siswa dapat diketahui (Amri dan Ahmadi 2010: 180). Kelebihan model ini yaitu dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini dkk 2008:56). Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level, di mana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca atau keterampilan kelompok untuk belajar bersama (Isjoni 2011: 58).

3.      Pembelajaran Kaidah

Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki oleh siswa.

Kaidah atau qawaid adalah aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang terdapat dalam menyusun kalimat bahasa Arab, di mana cabang dari ilmu qawaid ini sangat banyak diantaranya adalah ilmu nahwu dan sharaf. Dengan demikian, pembelajaran qawa’id adalah proses interaksi peserta didik dengan lingkungannya dalam hal ini materi qawa’id sehingga terjadi perubahan perilaku peserta didik di mana mereka dapat memahami, mengerti dan menguasai qawa’id dan diharapkan mereka mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab dengan baik dan benar[5].

3. Pengertian Kaidah Jazm Fi’il Mudhori’

            Jazm fi’il mudhori’ adalah fi’il mudhori yang bertemu dengan huruf-huruf jazm (لاَمُ ,إن, (لاَ) النَّاهِيَةُ) sehingga fi’il mudhori’ tersebut menjadi jazm (sukun).  Contoh: لا تلعبْ كثيرا ياعلي, لَمْ يَجْتَهِدْ زَيْدٌ, إِنْ تَصْبِرْ تُؤْجَرْ

             ! لا تلعبْ كثيرا ياعلي Artinya jangan main terus Ali!,  pada kata تلعبْ harokat fiil mudhori berharokat sukun (jazm) karena sebelumnya bertemu dengan huruf jazm yaitu (لاَ) النَّاهِيَةُ. لَمْ يَجْتَهِدْ زَيْدٌ artinya zaed tidak bersungguh-sungguh, pada kata يَجْتَهِدْ harokat fiil mudhori berharokat sukun (jazm) karena sebelumnya bertemu dengan huruf jazm yaitu لاَمُ yang menafikan sebuah peristiwa. إِنْ تَصْبِرْ تُؤْجَرْ artinya jika engkau sabar , engkau akan diberi pahala dalam kalimat ini dua fiil mudhori dijazmkan (disukunkan) karena bertemu dengan huruf jazm yaitu إن, Fi'il pertama disebut fi'il syarat dan Fi'il kedua disebut fi'il jawab syarat wa jaza'uh.

4.      Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut. Menurut Hamalik, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.

 

B.     KERANGKA BERPIKIR

Dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Arab diperlukan sebuah metode/model yang dapat menarik perhatian siswa. Salah satu metode/model yang dapat digunakan adalah model Kooperatif Jigsaw yang dapat menambah gairah siswa dalam mempelajari kaidah bahasa Arab sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

 

C.    HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah terdapat pada peningkatan hasil belajar siswa kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang dalam pembelajaran kaidah bahasa Arab menggunakan model Kooperatif Jigsaw.

 

D.    INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang dalam pembelajaran kaidah bahasa Arab melalui penggunaan model Kooperatif Jigsaw, yang mana dalam hal ini peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil posttest yang dilakukan pada siklus I dan II melalui penerapan model Kooperatif Jigsaw dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.


 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

 

A.     Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaborasi, dan spiral. Dan memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pebelajaran. PTK yaitu suatu kegiatan menguji cobakan ide ke dalam praktik nyata dalam harapan kegiatan tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian  Tindakan kelas ini adalah siswa kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang tahun ajaran 2021/2022, yang terdiri dari 35 siswa.  Subyek penelitian ini ditentukan peneliti bedasarkan hasil investigasi kelas yang diajar oleh peneliti.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian  Tindakan kelas di kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang tahun ajaran 2021/2022 dilakukan kurang lebih selama tiga bulan sejak dimulainya kegiatan persiapan hingga pelaksanaan Tindakan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No

Uraian Kegiatan

Maret 2021

April 2021

Juni 2021

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Pembuatan Proposal dan Persiapan Penelitian

X

X

X

X

X

 

 

 

 

 

 

 

2

Siklus 1 :

Perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi

 

 

 

 

 

X

 

 

 

 

 

 

3

Siklus 2 :

Perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi

 

 

 

 

 

 

X

X

 

 

 

 

4

Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas

 

 

 

 

 

 

 

 

X

X

X

 

B. Prosedur Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, S., 2010: 137), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi[6]. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.


Prosedur penelitian meliputi kegiatan sebelum pelaksanaan PTK berupa refleksi awal (refleksi tahun sebelumnya) dan investigasi/ observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, dilanjutkan dengan pelaksanaan PTK selama dua siklus. Secara rinci kegiatan tersebut disampaikan sebagai berikut.

a)      Sebelum Pelaksanaan PTK

1.      Refleksi merupakan kegiatan untuk mengetahui kondisi awal siswa mengenai kemampuan siswa dalam pembelajaran kaidah bahasa Arab. Bedasarkan refleksi dari tahun sebelumnya, maka peneliti menyampaikan beberapa hal diantaranya pada hasil ujian UTS sebelumnya dan hasil belajar siswa sangatlah rendah sehingga hal ini perlu adanya tindakan guna meningkatkan pemahaman kaidah Bahasa Arab dan hasil belajar bagi siswa.

2.      Observasi untuk mengidentifikasi permasalahan di kelas  Kegiatan ini dilaksanakan melalui wawancara dan angket yang diberikan kepada siswa kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang sebelum dilaksanakannya PTK, yang mana berisikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran.

 

b)      Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

                                     1.     Gambaran Umum Pelaksanaan Tindakan Kelas

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 siklus, mulai dari tanggal 25 Maret sampai 19 April 2021. Sedangkan hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan dalam menentukan perbaikan tindakan pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi pada siklus II nantinya digunakan sebagai acuan untuk tencana tindak lanjut pada pembelajarran selanjutnya.

                                     2.     Rincian prosedur PTK

Siklus I

Tahap Perencanaan

Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompotensi dasar sesuai dengan konsep pembelajaran memecahkan masalah yang akan di sampaikan kepada siswa dalam pembelajaran. Membuat RPP yang berdasarkan silabus pelajaran yang megacu ke tindakan, merancang setrategi penerapan model Jigsaw

Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti membuat persiapan pelaksanaan metode dari menjelaskan sistem pembelajaran Jigsaw, membentuk kelompok untuk melakukan diskusi, guru menyampaikan kompetensi dasar, pengalaman belajar, indikator, serta tujuan pelajaran pada Siklus I. Hal ini di lakukan untuk menggali kemampuan siswa dan siswa mempunyai cukup materi. Membentuk kelompok siswa yang bersifat heterogen.

Tahap Observasi

Pada kegiatan Observasi dilaksanakan berdampingan selama proses pelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa, kemampuan interaksi siswa serta berkomunikasi untuk mengemukakan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusi.

Tahap Refleksi

Tahap refleksi ini di lakukan berdasarkan hasil observasi dan penentuan hasil belajar setelah dilaksanakannya Siklus I

 

Siklus II

Tahap perencanaan

Berdasarkan hasil pada siklus I kemudian di rancang kembali perencanaan untuk memperbaiki tindakan pada siklus I. Adapun hal – hal yang di persiapkan dalam siklus II sama dengan persiapan pada siklus I. Hal–hal tersebut antara lain : Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP), menyusun diskusi, serta menentukan hasil belajar.

Tahap Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw, sama halnya dengan yang diterapkan pada Siklus I

Tahap Observasi

Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas dan hasil belajar serta interaksi komunikasi siswan yang telah didukung dengan motivasi awal. Sedangkan untuk hasil akan terlihat dari interaksi dan post tes.

Tahap Refleksi

Penelitian pelaksanaan refleksi berdasarkan hasil yang diperoleh dari Siklus II. Dari hasil observasi dan post tes yang akan menjadi panduan refleksi yang di harapkan menghasilkan hasil yang optimal sehingga dapat digunakan sebagai dasar merumuskan hasil penelitian.

 

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:

a.       Observasi terhadap kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang dan catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung. Data ini diperoleh dari proses pembelajaran selama berlangsungnya siklus dalam PTK.

b.      Dokumentasi yang berupa foto diskusi setiap kelompok.

c.       Wawancara dengan siswa dan guru lainnya tentang proses pembelajaran selama PTK.

 

D. Instrumen Penelitian

Beberapa instrument penelitian yang digunakan dalam PTK ini adalah lembar observasi untuk aktivitas siswa selama pelaksanaan tindakan, soal pretest dan posttest, jurnal kegiatan pembelajaran. Jenis data, instrument data, kriteria keberhasilan tindakan pembelajaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

 

Tabel 2

Tabel jenis data, instrument data, kriteria keberhasilan tindakan pengajaran

No.

Jenis Data

Instrumen Data

Indikator Keberhasilan

1

Aktivitas siswa

Pelaksanaan diskusi kelompok

 

Lembar observasi proses belajar (keterampilan kognitif, psikomotorik dan afektif.

Meningkatnya kemampuan siswa dalam pembelajaran kaidah jazm fi’il mudhori’ meningkat dari siklus ke siklus dilihat dari latihan-latihan yang diberikan oleh guru

skor kelompok mencapai ≥ 70, dan meningkat dari siklus ke siklus.

2

Penilaian hasil belajar

Pretest dan posttest

Hasil posttest siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 mencapai ≥ 70 %

 

 

E. Analisis Data

Analisis data peneliti lakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil belajar siswa dengan langkah sebagai berikut:

a.       Mengecek dan mencatat kembali data-data yang terkumpul.

b.      Melakukan interpretasi, yaitu menafsirkan yang selanjutnya diwujudkan dalam bentuk pernyataan.

c.       Melakukan analisis hasil observasi terhadap pelaksanaan model kooperatif jigsaw.

d.      Melakukan analisis terhadap proses hasil pengamatan terhadap presentasi siswa.

e.       Menyimpulkan apakah dalam tindakan pembelajaran ini terdapat peningkatan hasil belajar siswa atau tidak berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan.

f.       Pengambilan kesimpulan, diambil berdasarkan analisis hasil observasi yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian dituangkan dalam bentuk interpretasi berupa kalimat pernyataan. 

 

Dengan langkah-langkah yang telah disebutkan, selanjutnya ditetapkan pedoman peningkatan hasil pembelajaran kaidah bahasa Arab pada siswa kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang dengan indikator sebagai berikut:

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1)      Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang tahun ajaran 2021/2022. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 71.25 dengan ketuntasan 62.5 % dan pada siklus II rata-rata aktivitas belajar siswa mencapai 78.75 dengan ketuntasan 100%.

2)      Melalui model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar kaidah jazm fi’il mudhori’ siswa kelas XII MA Al-Filsufiyyah Kota Tangerang tahun ajaran 2021/2022. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 72,08 dengan ketuntasan 44,4 % dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa mencapai 80.56 dengan ketuntasan 100%.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Fachrurazzi, Aziz & Erta Mahyudin.2020. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Pustaka Cendekia Utama

Fachrurazzi, Aziz dkk. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press

Setyaningrum, Dini SKRIPSI. 2012. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TEGALSARI 08 KOTA TEGAL. Semarang: Perpustakaan UNNES

Arikunto, Suharsimi,dkk. 2015.  Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Cahya Edi Setyawan, E-Jurnal https://www.academia.edu/17982094/PEMBELAJARAN_QAWAID_BAHASA_ARAB_MENGGUNAKAN_METODE_INDUKTIF_BERBASIS_ISTILAH_ISTILAH_LINGUISTIK diakses pada tanggal 11 April 2021 pukul 12:23 WIB

 

 

 

 

 



[1] Aziz Fachrurazzi, & Erta Mahyudin, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Pustaka Cendekia Utama, 2020) hal. 103

[2] Ibid, hal. 104

[3] Aziz Fachrurazzi,  dkk.  Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. (Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2016) hal. 10

 

[4] Dini Setyaningrum, SKRIPSI, PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TEGALSARI 08 KOTA TEGAL (Semarang: Perpustakaan UNNES, 2012) hal. 27

[6] Suharsimi Arikunto,Suhardjono , Supardi,  Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2015) Hal.110

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan antara Fiqh Al-Lugha dengan Ilmu Al-Lugha

  A.     Pengertian Fiqh al-Lughah dan Ilmu al-Lughah Secara etimologis (dari segi bahasa) kedua istilah itu sama. Dalam kamus Arab ditemukan bahwa kata الفقه     berarti العلم بالشيء و الفهم له   ( pemahaman dan pengetahuan tentang sesuatu) [1] . Singkatnya kata al-fiqh ( الفقه ) = al-’ilm ( العلم ) dan kata faquha ( فقه   ) = ‘alima ( علم ). Hanya saja pada penggunaannya kemudian, kata al-fiqh lebih didominasi oleh bidang hukum. Dengan demikian frase ilm lughah sama dengan frase fiqh lughah . [2] Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ibnu Mansur, beliau mengatakan bahwa istilah “ علم اللغة “ memiliki kesamaan dengan istilah فقه اللغة" “ yaitu dari kata فقه" “dan “ علم “ yang dapat diartikan mengetahui atau memahami [3] . Hal ini diperkuat firman Allah swt. dalam QS; Al-Taubah/9: 122   لِیَتَفَقهوا فِى الدِّیْنِ " أَيْ لِیَكُوْنُوْاعُلَمَاءً بهِ “ " Untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama” [4] Dengan demikian fiqh al-lughah

Terjemahan Bab Mabni dan Mu'rob kitab Jami'u Duruus

4. Kata من   (man) istifhamiyah atau mausuliyah atau mausufiyah atau syartiyah dengan dua tanda jar maka seperti contoh istifhamiyah: ( (مِمَنْ أَنْتَ تَشْكُرُ؟ dan mausuliyah seperti: ( (خذ العلم عمَنْ تثق به dan mausufiyah seperti: ( (عجبت ممَّنْ لك يؤذيك dan syartiyah seperti: ( (ممَّنْ تبتعد ابتعد . -Kata من   (man) istifhamiyah dengan fa’ jariyah seperti: ( (فِيْمَنْ ترغب ان يكون معك؟ dan لا pada kata an an-nasihah untuk mudhori’ seperti: ( (لئلا يعلم اهل الكتاب tidak ada perbedaan pada contoh sebelumnya. Lam ta’lil jariyah dan lam sebelumnya.Mazhab Jumhur dan Abu Hibban dan pengikutnya berpendapat wajib pada pasal. -Kata لا kata in syartiyah al-jariyah seperti: ( (اِلاَّ تفعلوه تكن فتنة اِلاَّ تنصروه الله - Kata لا pada kata kay seperti: ( (لكيلا يكون عليكحرجٌ dan mereka mengatakan pasal ini adalah wajib.Ada dua perkara yang boleh   yaitu al-waslu dan al-faslu di dalam Al-Quran. MABNI DAN MU’ROB DAN AF’AALNYA -Semua fi’il itu adalah mabni dan bukan mu’rob ke

Cinta yang Semu

 Kisah cintaku tak berjalan mulus, seringkali aku hanya merasakan cinta sepihak. Pernah ketika aku SMP  seorang lelaki mengirimiku surat cinta dengan kertas yang sangat harum. Belum pernah selama hidupku dikirimi surat cinta. Itu adalah hal pertama dan terkahir dalam hidupku. Rasanya aku sangat senang, dan kaget. Bagaimana bisa perempuan tak menarik sepertiku mendapatkan surat cinta dari lelaki rahasia. Ketika aku mengungkapkannya pada sahabatku, lelaki ini adalah siswa di kelas lain. Setelah itu, aku sering memerhatikannya. Selanjutnya benih-benih cinta di dalam hatiku muncul. Aku sempat ingin bertanya langsung padanya, apakah benar dia yang mengirimi aku surat itu. Namun, lambat laun itu semua adalah skenario menyakitkan yang aku alami. Singkatnya, surat itu tidak pernah ada. Bukan dia yang mengirimi aku surat. Tapi, sahabatku sendiri. Aku kecewa dengan sahabatku. Kenapa dia mempermainkan hatiku. Kenyataannya yang paling menyakitkan adalah lelaki itu mencintai sahabatku sendiri. Sete