Langsung ke konten utama

Sex Education: Perlu atau Tidak?

Maraknya kasus pelecahan dan kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan menjadi momok yang mengerikan dalam kehidupan manusia di planet ini, khususnya di Indonesia. Dilansir dari Kompas, Sepanjang 2020, terdapat 1.178 laporan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan pada 2019 yang tercatat 794 kasus dan 2018 sebanyak 837 kasus.

Untuk menekan jumlah kasus ini, menerapkan pendidikan seksual secara dini merupakan salah satu solusi terbaik. 

Pendidikan seks merupakan, pendidikan yang diberikan kepada anak tentang pengetahuan seks untuk menumbuhkan pemahaman diri dan hormat terhadap diri, dan untuk membangun tanggung jawab seksual dan sosial.

 Adapun, cara mengatasi perilaku seksual berisiko:

- Mendapat dukungan dari teman sebaya

- Tidak menerapkan tipe pola asuh permisif dan otoriter

- Pola asuh melibatkan aspek kehangatan dan kontrol yang kooperatif

- Ajarkan cara menggunakan medsos dengan bijaksana

- Mengedukasikan terutama kepada keluarga tentang CSE (Comprehensive Sexuality Education)/ Pendidikan Seksualitas Komprehensif

Apa itu CSE/ Pendidikan Seksualitas Komprehensif?

Pendidikan seksualitas komprehensif adalah proses pengajaran dan pembelajaran berbasis kurikulum tentang aspek kognitif, emosional, fisik dan sosial seksualitas. Ini bertujuan untuk membekali anak-anak dan remaja dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang akan memberdayakan mereka untuk mewujudkan kesehatan, kesejahteraan dan martabat mereka; mengembangkan hubungan sosial dan seksual yang saling menghormati; mempertimbangkan bagaimana pilihan mereka mempengaruhi kesejahteraan mereka sendiri dan orang lain; dan memahami serta memastikan perlindungan hak-hak mereka sepanjang hidup mereka.

Mengapa kaum muda membutuhkan pendidikan seksualitas yang komprehensif?

Terlalu banyak anak muda menerima informasi yang membingungkan dan bertentangan tentang hubungan dan seks, saat mereka melakukan transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan dari kaum muda akan informasi yang andal, yang mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang aman, produktif, dan memuaskan. Ketika disampaikan dengan baik, CSE menanggapi permintaan ini, memberdayakan kaum muda untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentang hubungan dan seksualitas dan menavigasi dunia di mana kekerasan berbasis gender, ketidaksetaraan gender, kehamilan dini dan tidak diinginkan, HIV dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya masih menimbulkan risiko serius bagi kesehatan dan kesejahteraan mereka. Demikian pula, kurangnya pendidikan seksualitas dan hubungan yang berkualitas tinggi, sesuai usia dan perkembangan dapat membuat anak-anak dan remaja rentan terhadap perilaku seksual yang berbahaya dan eksploitasi seksual.

CSE memainkan peran penting dalam menangani kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dan remaja. Menerapkan pendekatan yang berpusat pada peserta didik, CSE tidak hanya memberikan anak-anak dan remaja dengan pendidikan yang sesuai dengan usia dan bertahap tentang hak asasi manusia, kesetaraan gender, hubungan, reproduksi, risiko perilaku seksual dan pencegahan kesehatan yang buruk, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menyajikan seksualitas dengan pendekatan positif, menekankan nilai-nilai seperti rasa hormat, inklusi, non-diskriminasi, kesetaraan, empati, tanggung jawab dan timbal balik.

Apa saja ruang lingkup CSE?

CSE melingkupi, Relationships, Values, Rights, Culture, Sexuality, Understanding Gender, Violence & Staying Safe, Sexual & Reproductive Health, Skills for Health & Well-being, The Human Body, and Sexuality & Sexual Behavior.

Bagaimana cara mengedukasikan CSE pada Keluarga?

CSE mempunyai beberapa pendekatan sesuai dengan usia, dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

- Usia 0-3 tahun, kita mulai dengan memberitahu tentang otoritas tubuh anak, toilet training, cara membersihkan tubuh dan kelamin.

- Usia 4-6 tahun, pada tahap ini anak dapat mengeksplorasi tubuhnya, contohnya anak memegang kelaminnya, jangan kita marahi atau larang karena hal tersebut lumrah terjadi, sebaiknya kita edukasi mereka dengan baik dan penuh perhatian. Kemudian berilah afirmasi. Tujuan dari pendekatan ini agar anak dapat menjaga kebersihan tubuhnya.

- Usia 7-9 tahun, mengajarkan tentang boundaries yaitu  batas atau ruang antara diri kita dengan orang lain, ajarkan juga bagaimana cara menolak, dan cara mencari pertolongan.

- Usia 10-12 tahun, pada tahap ini ajarkan tentang apa itu menstruasi, ereksi, dan mimpi basah.

HOW TO TALK?

1. Seize the moment

2. Be honest

3. Be direct

4. Consider your teen's point of view

5. Move beyond the facts

6. Invite more discussion

Beberapa bukti bahwa CSE itu penting untuk diterapkan, sebagai berikut:
- Pendidikan seksualitas memiliki dampak positif, antara lain meningkatkan pengetahuan remaja dan meningkatkan sikap mereka terkait kesehatan dan perilaku seksual dan reproduksi.
- Pendidikan seksualitas – di dalam atau di luar sekolah – tidak meningkatkan aktivitas seksual, perilaku seksual berisiko atau tingkat infeksi IMS/HIV.
- Program 'berfokus pada gender' secara substansial lebih efektif daripada program 'buta gender' dalam mencapai hasil kesehatan seperti mengurangi tingkat kehamilan yang tidak diinginkan atau IMS..
 - Pendidikan seksualitas memiliki dampak paling besar ketika program berbasis sekolah dilengkapi dengan keterlibatan orang tua dan guru, lembaga pelatihan dan layanan ramah remaja.
 
THAT'S  WHY SEX EDUCATION HELLA IMPORTANT FOR LIVING IN THIS DAMN EARTH!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan antara Fiqh Al-Lugha dengan Ilmu Al-Lugha

  A.     Pengertian Fiqh al-Lughah dan Ilmu al-Lughah Secara etimologis (dari segi bahasa) kedua istilah itu sama. Dalam kamus Arab ditemukan bahwa kata الفقه     berarti العلم بالشيء و الفهم له   ( pemahaman dan pengetahuan tentang sesuatu) [1] . Singkatnya kata al-fiqh ( الفقه ) = al-’ilm ( العلم ) dan kata faquha ( فقه   ) = ‘alima ( علم ). Hanya saja pada penggunaannya kemudian, kata al-fiqh lebih didominasi oleh bidang hukum. Dengan demikian frase ilm lughah sama dengan frase fiqh lughah . [2] Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ibnu Mansur, beliau mengatakan bahwa istilah “ علم اللغة “ memiliki kesamaan dengan istilah فقه اللغة" “ yaitu dari kata فقه" “dan “ علم “ yang dapat diartikan mengetahui atau memahami [3] . Hal ini diperkuat firman Allah swt. dalam QS; Al-Taubah/9: 122   لِیَتَفَقهوا فِى الدِّیْنِ " أَيْ لِیَكُوْنُوْاعُلَمَاءً بهِ “ " Untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama” [4] Dengan...

Linguistik Kontrastif: Pengertian, Objek, Metode, Manfaat dan Tujuan

Pengertian Linguistik Kontrastif      Kata contrasstive adalah kata keadaan yang diturunkan dari kata kerja to contrast. Dalam The American Collage Dictionary terdapat penjelasan sebagai berikut: “contrast:   To set in opposition in order to show unlikeness; compare by observing differences”. “menempatkan dalam oposisi atau pertentangan dengan tujuan memperlihatkan ketidaksamaan; memperbandingkan dengan jalan memperhatikan perbedaan-perbedaan.” Dari penjelasan di atas dapatlah kita tarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan istilah linguistik kontrastif atau contrastive linguistics adalah ilmu bahasa yang meneliti perbedaan-perbedaan, ketidaksamaan-ketidaksamaan yang terdapat pada dua bahasa atau lebih. Linguistik kontrastif atau disebut juga dengan analisis kontrastif ( contrastive analysis ) termasuk mikrolinguistik. Linguistik kontrastif adalah salah satu model analisis bahasa dengan asumsi bahwa bahasa-bahasa dapat diperbandingkan secara sinkronis...

DEWASA ITU BANYAK CEMASNYA

Sesuai judulnya, dewasa itu banyak cemasnya. Makannya pandai-pandailah mengolah kecemasan agar dampak ke diri sendiri posistif. Maksudku, segala aspek kehidupan dipikirin dan dicemasin. Aku sendiri merasakan itu, sebut saja 3P (Pendidikan, Pekerjaan, dan Percintaan). Mulai dari pendidikan, di umur yang ke-24 tahun aku masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang magister, tentu saja aku mensyukurinya. Tapi adakala dimana aku mencemaskan posisiku sebagai mahasiswa, aku merasa posisiku itu abu-abu, karena aku melihat orang lain di usia tersebut sudah mempunyai pekerjaan yang settle dan sebagian sudah ada yang berkeluarga. Aku cemas. Namun aku selalu memvalidasi diri bahwa setiap orang punya jalannya masing-masing. Kemudian pekerjaan, kebetulan aku sudah memiliki beberapa pengalaman bekerja walaupun timelinenya tidak lama. Sambil kuliah aku mengajar di sebuah institusi pendidikan non formal yang menurutku kegiatan dan waktunya fleksibel tidak terlalu terikat. Terkadang a...