"Gua bingung banget nih, tujuan hidup gua apaan ya? gua tuh interested pada hal apa? nanti masa depan gua bakalan indah gak ya? padahal umur gua udah 20 tahun ko gua gini-gini aja?"
Pasti kalian pernah merasakan kebingungan tentang tujuan hidup kalian, merasa hidup kalian 'gitu-gitu' aja.
Keadaan seperti ini sangat wajar kok menimpa kita semua, apalagi kalau merasakan fenomena ini pada usia 20-an. Ini wajar banget guys. Fenomena ini disebut dengan Quarter Life Crisis.
Apa itu Quarter Life Crisis?
Periode ketika pada seseorang terjadi krisis emosional yang melibatkan perasaan kesedihan, terisolasi, ketidakcukupan, keraguan terhadap diri, kecemasan, tak termotivasi, kebingungan, serta ketakutan akan kegagalan yang dikenal sebagai quarter life crisis (QLC). Biasanya, ia dipicu permasalahan finansial, relasi, karier, serta nilai-nilai yang diyakini.
Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam QLC. Pertama, perasaan terjebak dalam suatu situasi, entah itu pekerjaan, relasi, atau hal lainnya. Kedua, pikiran bahwa perubahan mungkin saja terjadi.
Selanjutnya, periode membangun kembali hidup yang baru. Yang terakhir adalah fase mengukuhkan komitmen baru terkait ketertarikan, aspirasi, dan nilai-nilai yang dipegang seseorang.
Lalu, Quarter Life Crisis itu terjadi pada usia berapa?
Umumnya, QLC dialami orang pada umur 20-an, baik awal, tengah, maupun akhir dekade ketiga dalam hidup seseorang. Namun, perasaan cemas, bingung, dan sedih yang terdapat dalam krisis memasuki tahap kedewasaan bisa saja berlanjut sampai usia 30-an.
Apa aja sih penyebab terjadinya Quarter Life Crisis?
Penyebab terjadinya QLC itu bermacam-macam baik dari segi finansial, pendidikan, relasi, karier, kesenjangan antara kesiapan diri dengan ekspektasi sosial, dan nilai-nilai yang dipegang seseorang.
Atwood & Scholtz berargumen bahwa perasaan hilang arah atau tak punya pegangan, bahkan tujuan hidup, bisa menjadi titik awal seseorang untuk melakukan pencarian jati diri. Setelah melakukan evaluasi dari situasi yang ada, ia dapat menentukan dengan jujur apa yang sebenarnya ingin dicari, apa yang bisa membahagiakan dirinya sekalipun hal itu berbeda dengan kemauan orang-orang terdekat.
Terus, Bagaimana cara kita untuk menghadapi Quarter Life Crisis?
- Jangan membandingkan QLC kalian dengan teman
Karena pada dasarnya QLC yang terjadi pada setiap orang berbeda-beda, dan pasti setiap orang juga akan menghadapinya dengan cara yang berbeda pula.
- Usahakan tidak mengikuti standar dalam lingkup sosial.
Nah, pemikiran seperti itu tidak akan pernah membuat kita bahagia dan merasa puas akan hidup yang dijalani. Jika kita terus-terusan berpikir seperti itu, lambat laun rasa percaya diri akan semakin menurun karena bisa saja proses yang kita lalui tidak semudah itu. Sehingga kita belum bisa mencapai kesuksesan yang ideal.
Jadi, usahakan untuk tidak menilai diri kita sendiri berdasarkan pencapaian orang lain. Fokuslah dengan hal-hal yang kita inginkan dan apa saja yang bisa membuat kita bahagia.
- Ketahui apa yang menjadi prioritas
Tanyakan pada diri sendiri apa yang menjadi prioritas dalam hidup. Motivasi yang sesungguhnya datang dari sebuah inspirasi. Hal ini akan hadir ketika kita sudah mengetahui value diri sendiri. Dan ketika kita sudah bisa hidup sesuai dengan nilai-nilai yang kita inginkan, maka saat itulah hidup kita menjadi lebih bahagia.
- Coba untuk mencari lingkungan dan suasana baru
Lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pikir dan membuat kita kesulitan menyadari masalah apa yang kita hadapi saat ini. Jadi, kita harus mencoba mencari lingkungan dan suasana baru agar kita bisa mengembangkan kualitas diri kita. Apapun pilihannya usahakan lingkungan atau suasana baru yang dipilih bisa mengubah mindset dan pola berpikir kita.
- Latih kesabaran dan biarkan semuanya mengalir apa adanya
Satu yang harus kita sadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam hidup ini. Melakukan kesalahan itu sangat wajar, jadi jangan terlalu mengontrol semua hal dalam hidup kita. Sesekali, biarkan semuanya berjalan apa adanya tanpa perlu dipercepat atau diperlambat. Karena pada dasarnya tidak ada yang instan, semua butuh proses. Begitu juga dengan QLC yang tengah kita hadapi ini. Bahkan kondisi ini merupakan sebuah proses kita untuk mendewasakan diri. Jalani dengan sabar, tenang, dan berhati-hati. Kalau perlu, perbanyak sharing dengan orang lain agar mereka bisa membantu kita untuk mengetahui progress yang sudah kita dapatkan.
Terima kasih sudah membaca
Semoga bermanfaat :)
Sumber: Tirto.id dan Kumparan.com
Komentar
Posting Komentar