Membicarakan masalah keperawanan tentunya akan berkaitan langsung dengan selaput dara. Selaput dara atau hymen adalah jaringan serabut yang terletak pada vagina. Biasanya, masyarakat mengartikan keperawanan seorang wanita dengan kondisi hymen atau selaput dara yang tidak rusak atau masih utuh. Padahal, banyak faktor yang menyebabkan selaput dara menjadi rusak.
Selaput dara sendiri memiliki fungsi untuk menyaring kotoran agar tidak langsung masuk ke dalam vagina. Selain itu, selaput dara bertumbuh seiring dengan berkembangnya organ intim seorang perempuan. Bisa dikatakan bahwa selaput dara bukanlah selaput yang menjadi penanda seorang perempuan masih perawan atau tidak. Faktanya, fungsi dari selaput dara tidak ada hubungannya dengan aktivitas seksual.
Hymen/Selaput Dara
Banyak peneliti sosial-humoniora yang menyatakan bahwa keperawanan adalah konstruksi dalam budaya patriarki. Keperawanan adalah konsep dan norma sosial, bukan kondisi medis. Oleh karena itu, makna keperawanan tentu berbeda-beda bagi setiap orang. Tidak ada definisi yang secara spesifik bisa menggambarkan apa itu keperawanan. Namun, secara umum seorang perawan adalah perempuan yang belum pernah berhubungan seks dengan orang lain.
Arti dari berhubungan seksual sendiri bisa bermacam-macam. Ada yang menganggap bahwa hubungan seks terjadi jika ada penetrasi oleh penis pada vagina. Akan tetapi, ada juga yang percaya bahwa aktivitas seperti masturbasi, fingering (memasukkan jari ke dalam vagina untuk memberikan rangsangan seksual), dan petting (saling menggesekkan alat kelamin) juga termasuk hubungan seksual.
Karena makna keperawanan bersifat ambigu dan kontekstual, tidak ada seorang pun yang bisa menguji keperawanan seorang wanita. Keperawanan hanya bisa diketahui oleh Anda sendiri. Bahkan dokter atau tenaga kesehatan pun tidak bisa menentukan apakah seseorang masih perawan.
Berikut adalah beberapa mitos mengenai selaput dara dan masalah keperawanan:
1. Selaput Dara akan Sobek Jika Kamu Telah Melakukan Hubungan Seksual
Kegunaan selaput dara tidak ada hubungannya dengan aktivitas hubungan intim. Pengalaman berhubungan intim pertama kali bagi wanita terkadang menimbulkan rasa sakit. Namun, itu bukan dampak dari selaput dara yang sobek.
Biasanya, rasa sakit saat berhubungan intim untuk pertama kali disebabkan oleh kurangnya cairan lubrikasi pada Vagina. Kurangnya lubrikasi membuat Vagina kering. Maka dari itu, cairan lubrikasi sangat dibutuhkan oleh wanita saat berhubungan intim.
Selain kurangnya lubrikasi, terdapat berbagai macam faktor yang membuat selaput dara menjadi sobek atau tidak utuh. Di antaranya adalah berolahraga, penggunaan tampon, atau kecelakaan.
2. Tidak Mengeluarkan Darah saat Berhubungan Intim Pertama Kali Artinya Tidak Perawan
Tidak mengeluarkan darah saat berhubungan intim untuk pertama kali bukan berarti sudah tidak perawan. Banyak faktor yang menyebabkan kamu tidak mengeluarkan darah saat berhubungan intim untuk pertama kali. Beberapa di antaranya adalah karena cairan lubrikasi yang cukup sehingga vagina sudah sangat siap untuk penetrasi.
Tidak jarang juga perempuan yang dilahirkan tanpa selaput dara. Sehingga, sangat tidak adil jika selaput dara dijadikan tolok ukur masalah keperawanan seorang perempuan. Pendarahan pada pengalaman berhubungan intim yang pertama kali bisa disebabkan karena kurangnya cairan lubrikasi pada Vagina, sehingga jaringan vagina terluka.
3. Vagina Perawan Lebih Sempit karena Selaput Dara Masih Utuh
Selaput dara yang masih utuh memang akan menyebabkan Vagina sedikit sempit. Namun, hal ini tidak hanya sekadar masalah selaput dara yang masih utuh. Banyak faktor lain yang menyebabkan Vagina terasa sempit saat melakukan hubungan intim. Salah satunya adalah kontraksi pada otot pelvis.
4. Selaput Dara Semua Perempuan Sama
Selaput dara adalah lapisan kulit yang sangat tipis dan berada sekitar 1-2 sentimeter dari bibir Vagina. Setiap perempuan memiliki selaput dara dengan bentuk yang berbeda. Selaput dara juga akan bertumbuh seiring berkembangnya Vagina seorang perempuan.
Biasanya perempuan terlahir dengan selaput dara. Namun, beberapa perempuan memang terlahir tanpa selaput dara. Jadi, tidak semua selaput dara pada wanita sama.
(Macam-macam Hymen/Selaput Dara)
Batasan keperawanan masih mengundang pro dan kontra, tetapi berbagai pemegang kuasa malah menggunakan glorifikasi keperawanan dan selaput dara untuk mendiskriminasi perempuan. Misalnya dalam kasus Dinas Pendidikan Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, pada tahun 2013 yang memberikan dukungan terhadap rencana orang tuan yang bermaksud untuk melakukan tes keperawanan bagi anaknya.
Wacana semacam itu hanya sebagai gambaran bahwa seksualitas perempuan adalah hal yang tabu, terepresi, dianggap negatif. Adakah yang memperkarakan keperjakaan para siswa? Nihil. Tes keperawanan menjadi wujud paling kentara perlakuan tak adil bagi perempuan. Perempuan baik adalah perempuan yang masih perawan sampai menikah.
Bagaimana dengan laki-laki? Berapa kali pun pernah masturbasi atau berhubungan seks dengan perempuan mana pun, nyaris tak terkena sanksi sosial apa pun. Bagaimana pula mengecek keperjakaan?
Walaupun wacana tes keperawanan sudah berulang kali mendapat kritik dan reaksi negatif dari pembela hak perempuan. Isu ini pun masih berlanjut di Indonesia. Pada 2017, hal ini disarankan oleh seorang hakim, Binsar Golum. Masyarakat punmengkritiknya dengan tuduhan tidak sensitif, bias gender, dan sebagainya. Bila seorang penegak hukum saja masih bersikap seksis, maka tak layakkah perempuan meragukan penjaminan hak-haknya kelak?
Patriarki adalah sistem budaya, bukan perkara perbuatan individu saja. Ironisnya, sistem budaya macam ini memberi makna-makna terhadap sesuatu yang berimbas pada pelabelan, sikap diskriminatif, sampai eksklusi sosial terhadap perempuan.
Baca selengkapnya di artikel "Keperawanan dan Mitos-Mitos Selaput Dara", https://tirto.id/cwZc
Baca selengkapnya di artikel "Keperawanan dan Mitos-Mitos Selaput Dara", https://tirto.id/cwZc
Baca selengkapnya di artikel "Keperawanan dan Mitos-Mitos Selaput Dara", https://tirto.id/cwZc
Baca selengkapnya di artikel "Keperawanan dan Mitos-Mitos Selaput Dara", https://tirto.id/cwZc
Baca selengkapnya di artikel "Keperawanan dan Mitos-Mitos Selaput Dara", https://tirto.id/cwZc
Baca selengkapnya di artikel "Keperawanan dan Mitos-Mitos Selaput Dara", https://tirto.id/cwZc
Baca selengkapnya di artikel "Keperawanan dan Mitos-Mitos Selaput Dara", https://tirto.id/cwZc
Komentar
Posting Komentar