Langsung ke konten utama

Langkah-langkah PTK

 

A.    Pertanyaan dalam Analisis Masalah PTK

            Dalam menganalisis masalah, guru harus melakukan refleksi terhadap kondisi, proses, dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Melalui kegiatan refleksi guru dapat menganalisis berbagai masalah dalam pembelajaran dan memecahkan masalah tersebut.

        Agar mudah dalam melakukan analisis masalah pembelajaran, guru dapat menggunakan pertanyaan pemandu, seperti berikut:

Masalah apa yang sering dihadapi guru dalam pembelajaran di kelas yang mendesak untuk dipecahkan?

1.                  Apakah siswa telah menguasai kompetensi dasar yang diajarkan?

2.          Apakah siswa telah menguasai keterampilan yang diharapkan dalam pembelajaran?

3.                  Apakah siswa telah memahami materi yang diajarkan secara tuntas?

4.                  Apakah tugas-tugas yang diberikan oleh guru dapat dikerjakan dengan baik?

5.                  Apakah siswa aktif dalam proses pembelajaran?

6.                  Apakah interaksi kelas berlangsung secara kondusif?

7.                  Apakah soal-soal tes dikerjakan dengan baik oleh seluruh siswa.

8.                  Apakah siswa secara tertib mengikuti pelajaran di kelas?

9.                  Apakah aktivitas diskusi dapat terselenggara dengan baik?

10.              Apakah aktivitas pembelajaran menarik minat siswa?

11.              Apakah siswa memperhatikan secara baik dalam proses pembelajaran?

 

        Dalam praktik nyata kegiatan pembelajaran di kelas, guru sering menghadapi berbagai masalah atau kasus. Kasus-kasus tersebut diantaranya adalah:

1.                  Proses belajar terganggu

2.                  Kelancaran belajar kurang optimal

3.                  Tugas siswa tidak terselesaikan

4.                  Siswa pasif di kelas

5.                  Siswa ramai di kelas, bahkan sering membolos

6.                  Hasil tes siswa jelek

7.                  Motivasi belajar rendah

        Suatu rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Garis besar Identifikasi Masalah diawali ketika guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi peroses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang mengalami kesulitan yang sama dalam mempelajari suatu bagian pelajaran, ada siswa yang tidak disiplin mengerjakan tugas, atau hasil belajar siswa menurun secara drastic. Anda dapat mengemukakan contoh lain dari pengalaman Anda sendiri dalam mengelola peroses pembelajaran. Masalah yang dirasakan guru mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas.

        Hopkins (1993) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Meskipun demikian akan lebih baik bila mana Anda mengawalinya dengan menemukan suatu masalah yang benar-benar nyata dihadapi karena hal itu akan mempermudah merumuskan bentuk tindakan perbaikan yang sesuai.

 

B.     Merumuskan Hipotesis Tindakan

a). Menganalisis dan Merumuskan Masalah

Setelah masalah teridentifikasi kita perlu melakukan analisis sehingga dapat merumuskan masalah dengan jelas. Tentu saja sebelum menganalisis masalah, kita mengumpulkan data yang terkait dengan masalah tersebut. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau refleksi, dan dapat pula mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, atau bahkan bahan pelajaran yang kita siapkan. Semua ini bergantung dari jenis masalah yang kita identifikasi. Misalnya, jika masalah yang kita identifikasi adalah rendahnya motivasi belajar siswa, barangkali yang harus kita analisis adalah dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan harian kita tentang respon siswa dalam pembelajaran, dan yang tak kalah pentingnya melakukan refleksi, sehingga kita mendapat gambaran yang jelas tentang perilaku mengajar kita.

Masalah yang dihadapi guru mungkin sangat luas, oleh karena itu guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang mungkin dapat ditanggulangi dan memerlukan prioritas untuk ditangani. Dalam hal ini perlu diiingat kembali rambu-rambu  pemilihan masalah yang dapat dijadikan fokus PTK atau yang dapat dipecahkan melalui PTK.

Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional agar rencana perbaikannya dapat lebih terarah. Misalnya, masalah: tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi siswa? Dapat dijabarkan sebagai berikut (Wardhani, dkk. 2007):

1. Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi siswa?

2. Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi?

3. Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik?

 4. Bagaiman kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang diberikan?

Dengan dirumuskannya masalah secara operasional guru sudah mulai membuat rencana perbaikan atau rencana PTK.

 b). Merencanakan Perbaikan

     Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan guru perlu membuat rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan. Langkah-langkah dalam menyusun rencana adalah sebagai berikut (Wardhani, dkk. 2007):

1.          Merumuskan cara perbaikan yang akan dibentuk dalam bentuk hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis penelitian. Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk mengatasi masalah[1]. Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir. [2]Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam masalah yang serupa, diskusi dengan teman sejawat atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru menyusun berbagai alternatif tindakan. Selanjutnya, guru perlu mengkaji setiap alternatif, terutama keterkaitannya dengan tujuan tindakan (perbaikan) serta kelayakan pelaksanaannya. Akhirnya dengan mempertimbangkan hasil kajian, guru memilih alternatif yang dianggap paling layak.

        Sebagai contoh cobalah lakukan langkah berikut untuk menemukan hipotesis tindakan bagi masalah di atas. Kaji teori tentang bahan belajar dan tugas yang menarik, ingat-ingat pengalaman anda sebagai guru, dan perlu berbicaralah dengan pakar pendidikan. Dari hasil kajian yang dilakukan beberapa alternatif dapat dibuat:

a.       Tugas akan berhasil dan menantang jika diberikan setiap minggu atau dua minggu sekali.

b.      Bentuk tugas yang bervariasi akan memotivasi siswa untuk mengerjakannya

c.       Tugas akan cukup menantang jika materinya diambil dari lingkungan siswa atau diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa

d.      Tugas yang diberikan akan menantang jika dikaitkan dengan bahan belajar Cocokkan hipotesis yang anda buat dengan alternatif tersebut dan kemudian pilih alternatif yang paling layak untuk setiap masalah.

Contoh hipotesis tindakan:

- RM (rumusan masalah): apakah melalui X dapat meningkatkan Y?

- Judul: Upaya peningkatan Y melalui X

- Hipotesis: Melalui X dapat meningkatkan Y

 

2.      c. Analisis kelayakan hipotesis tindakan

 Setelah menetapkan alternatif hipotesis yang terbaik, hipotesis ini masih perlu dikaji kembali kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan pelaksanaanya. Dengan kata lain, guru harus bertanya, mungkinkah rencana tindakan tersebut dilaksanakan.

 

C. Analisis Kelayakan Solusi

Tahap ini dilakukan guna menguji kelayakan solusi yang akan digunakan dalam tindakan kelas. sebagai pilihan solusi untuk memecahkan masalah. Tahap ini adalah tahap menganalisis apakah solusi yang dikembangkan layak ataukah tidak layak, setelah memperhatikan berbagai macam pertimbangan secara matang. Hal hal pokok yang perlu dikaji kelayakannya adalah:

1.      Kemampuan dan komitmen guru sebagai aktor yang melakukan tindakan kelas

Dalam hal ini perlu dikaji betul betul apakah guru dapat melakukan tindakan kelas tersebut. Apakah guru akan mengalami kesulitan besar atau mengalami kerepotan atau tidak. Jika guru tidak mampu untuk melakukan nya, sebaiknya tidak dituntut untuk harus melakukan tindakan itu.

Hal penting lainnya adalah adanya kesediaan guru secara sukarela, bukan karena keterpaksaan atau takut untuk menyatakan tidak bersedia. Karena pelaksanaan PTK memang harus dari keinginan guru sendiri. Guru harus bertanya kepada diri sendiri apakah ia cukup mampu melaksanakan dan menyelesaikan rencana perbaikan tersebut.

2.      Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut

Dari segi fisik, psikologis, sosial budaya dan etik, kemampuan peserta didik harus diperhitungkan. Misalnya jika diputuskan untuk memberi tugas setiap minggu apakah siswa cukup mampu menyelesaikannya atau malah membuat siswa menjadi bosan. Karena kesalahan pengambilan keputusan dalam hal ini justru akan memeberikan kerugian kepada peserta didik.

3.      Fasilitas dan sarana pendukung

Dalam hal ini, tindakan kelas harus benar benar didukung oleh fasilitas dan sarana di kelas, sehingga tindakan yang di rencanakan benar benar ideal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

4.      Iklim belajar di kelas

Iklim belajar berkaitan dengan berbagai kebiasaan guru, peserta didik, dan personil lain dalam menyikapai kegiatan belajar atau kegiatan akademik. Diharapkan iklim belajar di kelas mendukung terwujudnya tindakan kelas sesuai dengan desain yang dipilih

5.      Iklim kerja di lembaga pendidikan

Iklim kerja berkaitan dengan kebiasaan personil sekolah dalam menyikapi tugas-tugasnya. Dalam hal ini guru perlu mempertimbangkan apakah alternatif yang dipilihnya akan mendapat dukungan dari kepala sekolah dan personil lain di sekolah. Karena Tindakan kelas akan dapat berjalan baik jika mendapatkan dukungan dari pimpinana lembaga pendidikan, misalanya ketua sekolah juga dukungan dari teman sejawat (guru).

 

 



[1] Kartika sari, dkk, Panduan Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Universitas Udayana, 2015) hal. 12

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan antara Fiqh Al-Lugha dengan Ilmu Al-Lugha

  A.     Pengertian Fiqh al-Lughah dan Ilmu al-Lughah Secara etimologis (dari segi bahasa) kedua istilah itu sama. Dalam kamus Arab ditemukan bahwa kata الفقه     berarti العلم بالشيء و الفهم له   ( pemahaman dan pengetahuan tentang sesuatu) [1] . Singkatnya kata al-fiqh ( الفقه ) = al-’ilm ( العلم ) dan kata faquha ( فقه   ) = ‘alima ( علم ). Hanya saja pada penggunaannya kemudian, kata al-fiqh lebih didominasi oleh bidang hukum. Dengan demikian frase ilm lughah sama dengan frase fiqh lughah . [2] Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ibnu Mansur, beliau mengatakan bahwa istilah “ علم اللغة “ memiliki kesamaan dengan istilah فقه اللغة" “ yaitu dari kata فقه" “dan “ علم “ yang dapat diartikan mengetahui atau memahami [3] . Hal ini diperkuat firman Allah swt. dalam QS; Al-Taubah/9: 122   لِیَتَفَقهوا فِى الدِّیْنِ " أَيْ لِیَكُوْنُوْاعُلَمَاءً بهِ “ " Untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama” [4] Dengan demikian fiqh al-lughah

Terjemahan Bab Mabni dan Mu'rob kitab Jami'u Duruus

4. Kata من   (man) istifhamiyah atau mausuliyah atau mausufiyah atau syartiyah dengan dua tanda jar maka seperti contoh istifhamiyah: ( (مِمَنْ أَنْتَ تَشْكُرُ؟ dan mausuliyah seperti: ( (خذ العلم عمَنْ تثق به dan mausufiyah seperti: ( (عجبت ممَّنْ لك يؤذيك dan syartiyah seperti: ( (ممَّنْ تبتعد ابتعد . -Kata من   (man) istifhamiyah dengan fa’ jariyah seperti: ( (فِيْمَنْ ترغب ان يكون معك؟ dan لا pada kata an an-nasihah untuk mudhori’ seperti: ( (لئلا يعلم اهل الكتاب tidak ada perbedaan pada contoh sebelumnya. Lam ta’lil jariyah dan lam sebelumnya.Mazhab Jumhur dan Abu Hibban dan pengikutnya berpendapat wajib pada pasal. -Kata لا kata in syartiyah al-jariyah seperti: ( (اِلاَّ تفعلوه تكن فتنة اِلاَّ تنصروه الله - Kata لا pada kata kay seperti: ( (لكيلا يكون عليكحرجٌ dan mereka mengatakan pasal ini adalah wajib.Ada dua perkara yang boleh   yaitu al-waslu dan al-faslu di dalam Al-Quran. MABNI DAN MU’ROB DAN AF’AALNYA -Semua fi’il itu adalah mabni dan bukan mu’rob ke

Cinta yang Semu

 Kisah cintaku tak berjalan mulus, seringkali aku hanya merasakan cinta sepihak. Pernah ketika aku SMP  seorang lelaki mengirimiku surat cinta dengan kertas yang sangat harum. Belum pernah selama hidupku dikirimi surat cinta. Itu adalah hal pertama dan terkahir dalam hidupku. Rasanya aku sangat senang, dan kaget. Bagaimana bisa perempuan tak menarik sepertiku mendapatkan surat cinta dari lelaki rahasia. Ketika aku mengungkapkannya pada sahabatku, lelaki ini adalah siswa di kelas lain. Setelah itu, aku sering memerhatikannya. Selanjutnya benih-benih cinta di dalam hatiku muncul. Aku sempat ingin bertanya langsung padanya, apakah benar dia yang mengirimi aku surat itu. Namun, lambat laun itu semua adalah skenario menyakitkan yang aku alami. Singkatnya, surat itu tidak pernah ada. Bukan dia yang mengirimi aku surat. Tapi, sahabatku sendiri. Aku kecewa dengan sahabatku. Kenapa dia mempermainkan hatiku. Kenyataannya yang paling menyakitkan adalah lelaki itu mencintai sahabatku sendiri. Sete