Langsung ke konten utama

Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan

Tulisan ini saya sadur dari buku dengan judul yang sama karangan Ester Lianawati.

Serigala betina adalah binatang penyayang dan pelindung. Ia mencurahkan kasih sayang penuh kepada anak-anaknya dan tidak membiarkan apa pun melukai mereka. Sebagai pasangan, ia juga setia tanpa bergantung kepada pasangannya. Ia mampu melindungi diri sendiri, anak-anaknya, dan kelompoknya. Ia belajar dari pengalamannya untuk menguatkan kemampuan intuitifnya dalam menghadapi bahaya. Dan ia adalah pemimpin yang peduli pada kesejahteraan kelompoknya.

Di sisi lain, serigala betina mendorong anaknya untuk mandiri dan mampu melindungi dirinya sendiri. Itulah sebabnya, di Prancis, ada istilah tipe ibu serigala. Untuk menggambarkan ibu yang menyayangi dan melindungi anaknya, tetapi tidak overprotective. Ia mengajarkan anaknya untuk melindungi diri, melatihnya untuk menghadapi bahaya, bukan menghindarinya.

Dalam mitologi Romawi Kuno mengenai Romulus dan Remus, pendiri Kota Roma, diceritakan bahwa ketika mereka baru saja dilahirkan, mereka dihanyutkan ke sungai atas perintah paman mereka. Seekor serigala betina menyelamatkan dan menyusui mereka, sebelum ditemukan oleh Faustulus. Patung perunggu Capitoline Wolf dari serigala betina yang sedang menyusui Romulus dan Remus dapat ditemukan di Musei Capitolini.

Dalam buku Women who Run with the Wolves: Myths and Stories of the Wild Women Archetype, Clarissa Pinkola Estes, psikoanalisis Jungian dan psikolog etnoklinis, menggunakan serigala betina sebagai representasi dari arketipe perempuan liar.

Estes melihat kesamaan antara perempuan dan serigala betina: memiliki pengindraan yang tajam, intuisi kuat, kepedulian terhadap sesama, keberanian, kemampuan beradaptasi dalam berbagai situasi dan kondisi, kekuatan, dan daya tahan.

Ada serigala betina dalam diri tiap perempuan. Ini pesan yang terdapat dalam karya Estes. Jika banyak perempuan tidak banyak menyadarinya, itu karena keliaran perempuan sejak lama ditekan oleh masyarakat. Liar bukan dalam makna negatif yang merendahkan, seperti tak terkendali. Liar mengandung arti kebersatuan dengan alam: menjalani kehidupan secara alami, mengikuti irama kehidupan dan aspirasi-aspirasi yang terdalam.

TULUS, AUTENTIK, DAN BEBAS KOMPLEKS

Jangan bayangkan perempuan liar sebagai sosok mengerikan. Ia adalah pribadi yang hangat dan autentik. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Tidak berpura-pura menikmati persahabatan hanya karena khawatir tidak punya teman. Dan tidak takut akan penolakan sosial.

Perempuan liar mampu beradaptasi sambil tetap menjadi diri sendiri. Ia menjalin persahabatan secara tulus, bukan untuk memenuhi kebutuhan diri dicintai atau dihargai. Ia sudah bebas dari kompleks semacam ini. Karena telah mencintai dirinya sendiri, ia punya identitasnya sendiri. Ia tidak mengizinkan orang lain mengatakan apa yang harus ia lakukan. Ia tidak membiarkan masyarakat menetapkan kriteria kecantikan, bahwa ia harus langsing dan putih untuk menjadi cantik. Ia tidak dicengkeram oleh tirani kecantikan. 

Perempuan liar paham bahwa sebagai perempuan, ia tidak berfungsi untuk menyenangkan orang lain dan apalagi memuaskan tatapan orang lain.

TEGAS, BERANI, DAN OTONOMI

Perempuan liar tidak otoriter: Namun tegas, berani, dan otonom. Ia mandiri dalam mengambil keputusan dan tidak membiarkan diri dikekang oleh norma-norma. Ia tidak merasa wajib mengikuti garis kehidupan "normal" yang ditetapkan masyarakat.

Ia akan menikah atas keinginan pribadi karena menganggap diri sudah siap, sudah menemukan pasangan yang dengannya dapat menjalin hubungan setara. Ia tidak menikah hanya karena sudah berada di "usia menikah", karena desakan keluarga, karena teman-temannya sudah menikah, dan lain sebagainya.

Ia berani mengambil keputusan kontroversial yang mendobrak nilai-nilai tradisional jika menurutnya terbaik tanpa khawatir dicemooh.

BANGKIT DAN BELAJAR DARI PENGALAMAN

Ketika keputusan kontroversial yang pernah ia ambil ternyata tidak membuahkan kebaikan sesuai yang ia harapkan, perempuan liar tidak menyalahkan diri atau orang lain.

Saat perkawinannya tidak semulus yang ia bayangkan atau kariernya tidak segemilang yang ia harapkan, ia tidak akan terpengaruh oleh kalimat-kalimat seperti: begitulah jika kamu tidak nurut omongan orang tua, menikah dengan pria beda agama/suku/status sosial, memilih jurusan yang tidak jelas masa depannya, dan lain-lain. Praktik budaya "pembangkitan rasa bersalah" semacam ini telah membunuh karakter liar perempuan. Syukurlah, perempuan liar tidak terjebak di dalamnya.

Seperti serigala betina, ia menjadikan pengalaman-pengalaman semacam ini untuk melatih ketajaman insting dan kepekaan intuisi agar tidak lagi terperangkap dalam "bahaya" yang sama. Perempuan liar tidak pernah melarikan diri dari masalah: ia tegar dan berani menghadapi masalah seberat apa pun. Ia tidak membiarkan diri larut dalam rasa bersalah dan kertepurukan. Apalagi yang buruk yang dapat terjadi ketika kita sudah kehilangan harapan? Tidak, yang paling buruk sudah berlalu dan akan menjadikannya lebih kuat.

Perempuan liar tahu saatnya bangkit. Sudah hampir mati sekalipun, terseok-seok, serigala betina akan bangkit.

KAPASITAS MENCINTAI

Seperti serigala betina, perempuan liar setia dan penuh cinta. Ia mampu mencintai berulang kali dengan pasangan yang sama. Ia memahami bahwa dalam sebuah relasi, ada kematian dan kelahiran kembali. Ia mampu menerima dan memaafkan.

Ia menerima bahwa cinta bertransformasi, bahwa gairah menggebu-gebu akan berganti dengan keakraban dan komitmen yang lebih matang. Dengan senang hati, ia berdansa dengan pasangan, menyesuaikan langkah kakinya untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.

Jika pun karena satu dan dua hal hubungannya tidak dapat dipertahankan, perempuan liar mampu dan berani mencintai kembali. Karena sebagai perempuan liar, ia akan menyatu dengan alam. Alam adalah simbol kehidupan, bukan kematian.

Perempuan liar menghargai dinamika hidup, cinta yang pergi akan datang. Ia punya kapasitas mencintai, ia tahu bahwa perpisahan akan mendatangkan cinta yang baru, yang lebih kuat dan menggebu.

Perempuan liar bukan perempuan sempurna. Keputusan-keputusannya tidak selalu benar. Namun ia belajar dari pengalamannya untuk bangkit, menjadi lebih baik, dan lebih kuat. Jika pernah naif, ia belajar untuk tidak lagi naif. Ia kini mengenal si Janggut Biru dan tidak akan lagi terperangkap dalam pesonanya.

Perempuan, jika saat ini kamu merasa hidupmu kering dan monoton, jika kamu dikecam ketakutan, rasa bersalah,kepahitan, kesedihan. Jika kamu merasa terkekang, dikendalikan, tidak berdaya, dan putus asa. Itu pertanda ada energi keliaran dalam dirimu yang mendesak untuk dikeluarkan.

Pejamkan matamu, dalam keheningan, dengarkan lolong serigala betina dalam dirimu. Bangkitlah, bertarunglah.   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan antara Fiqh Al-Lugha dengan Ilmu Al-Lugha

  A.     Pengertian Fiqh al-Lughah dan Ilmu al-Lughah Secara etimologis (dari segi bahasa) kedua istilah itu sama. Dalam kamus Arab ditemukan bahwa kata الفقه     berarti العلم بالشيء و الفهم له   ( pemahaman dan pengetahuan tentang sesuatu) [1] . Singkatnya kata al-fiqh ( الفقه ) = al-’ilm ( العلم ) dan kata faquha ( فقه   ) = ‘alima ( علم ). Hanya saja pada penggunaannya kemudian, kata al-fiqh lebih didominasi oleh bidang hukum. Dengan demikian frase ilm lughah sama dengan frase fiqh lughah . [2] Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ibnu Mansur, beliau mengatakan bahwa istilah “ علم اللغة “ memiliki kesamaan dengan istilah فقه اللغة" “ yaitu dari kata فقه" “dan “ علم “ yang dapat diartikan mengetahui atau memahami [3] . Hal ini diperkuat firman Allah swt. dalam QS; Al-Taubah/9: 122   لِیَتَفَقهوا فِى الدِّیْنِ " أَيْ لِیَكُوْنُوْاعُلَمَاءً بهِ “ " Untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama” [4] Dengan demikian fiqh al-lughah

Terjemahan Bab Mabni dan Mu'rob kitab Jami'u Duruus

4. Kata من   (man) istifhamiyah atau mausuliyah atau mausufiyah atau syartiyah dengan dua tanda jar maka seperti contoh istifhamiyah: ( (مِمَنْ أَنْتَ تَشْكُرُ؟ dan mausuliyah seperti: ( (خذ العلم عمَنْ تثق به dan mausufiyah seperti: ( (عجبت ممَّنْ لك يؤذيك dan syartiyah seperti: ( (ممَّنْ تبتعد ابتعد . -Kata من   (man) istifhamiyah dengan fa’ jariyah seperti: ( (فِيْمَنْ ترغب ان يكون معك؟ dan لا pada kata an an-nasihah untuk mudhori’ seperti: ( (لئلا يعلم اهل الكتاب tidak ada perbedaan pada contoh sebelumnya. Lam ta’lil jariyah dan lam sebelumnya.Mazhab Jumhur dan Abu Hibban dan pengikutnya berpendapat wajib pada pasal. -Kata لا kata in syartiyah al-jariyah seperti: ( (اِلاَّ تفعلوه تكن فتنة اِلاَّ تنصروه الله - Kata لا pada kata kay seperti: ( (لكيلا يكون عليكحرجٌ dan mereka mengatakan pasal ini adalah wajib.Ada dua perkara yang boleh   yaitu al-waslu dan al-faslu di dalam Al-Quran. MABNI DAN MU’ROB DAN AF’AALNYA -Semua fi’il itu adalah mabni dan bukan mu’rob ke

Cinta yang Semu

 Kisah cintaku tak berjalan mulus, seringkali aku hanya merasakan cinta sepihak. Pernah ketika aku SMP  seorang lelaki mengirimiku surat cinta dengan kertas yang sangat harum. Belum pernah selama hidupku dikirimi surat cinta. Itu adalah hal pertama dan terkahir dalam hidupku. Rasanya aku sangat senang, dan kaget. Bagaimana bisa perempuan tak menarik sepertiku mendapatkan surat cinta dari lelaki rahasia. Ketika aku mengungkapkannya pada sahabatku, lelaki ini adalah siswa di kelas lain. Setelah itu, aku sering memerhatikannya. Selanjutnya benih-benih cinta di dalam hatiku muncul. Aku sempat ingin bertanya langsung padanya, apakah benar dia yang mengirimi aku surat itu. Namun, lambat laun itu semua adalah skenario menyakitkan yang aku alami. Singkatnya, surat itu tidak pernah ada. Bukan dia yang mengirimi aku surat. Tapi, sahabatku sendiri. Aku kecewa dengan sahabatku. Kenapa dia mempermainkan hatiku. Kenyataannya yang paling menyakitkan adalah lelaki itu mencintai sahabatku sendiri. Sete